Archive for 2014

[Cerpen] AYANA

(gambar: www.bodyrock.tv)
“Ayah, apa ini susu kedelai lagi?”
“Iya, Ayana.”
“Ayah, aku bosan selalu minum susu kedelai ini. Tak bisakah sesekali aku mencoba susu sapi?”
“Tidak boleh, Ayana. Apa kau mau menjadi monster api?”
Ayana terdiam sejenak. “Tidak, Ayah.”
“Kalau begitu habiskanlah susumu. Sebentar lagi jemputan sekolahmu akan datang.”
Dengan wajah yang merajuk sebab keinginannya tak dituruti, gadis kecil itu pun meraih segelas susu kedelai yang ada di depannya. Sambil menahan napas karena tak begitu suka dengan bau langu dari kedelai yang begitu kentara, ia pun mereguknya perlahan. Gadis kecil itu meminum susunya tak ubahnya orang yang sedang menyelam tanpa tabung oksigen. Kadang Ayana akan berhenti sejenak untuk sekedar mengambil napas, sebelum kembali mereguk susunya seraya menahan napasnya lagi.
Ayahnya memang tak pernah mengijinkan Ayana untuk meminum susu sapi. Katanya, bila Ayana sampai meminum susu sapi, maka ia akan menjelma menjadi monster api. Tubuhnya akan mengeluarkan bulu lebat berwarna merah menyala seperti api. Lalu, ia akan mendesis seperti ular. Ayah akan selalu menceritakan hal itu setiap kali Ayana merengek meminta susu sapi. Maka, setelah mendengar itu, Ayana pun akan diam dan berhenti merengek. Ia tak mau berubah menjadi monster api. Untuk itulah ia terpaksa selalu meminum susu kedelai yang sebenarnya bau dan rasannya tak begitu disukainya. Apalagi kadang rasa susu kedelai itu suka tertinggal di merihnya.

4 Comments

[FF] Calon Mantu

Kemarin Bene bilang jika ia akan menunjukkan kekasihnya kepada Emaknya. Kekasih yang selalu dilihatnya dari jendela kamarnya, selalu berjemur dan berlari-larian anggun di tanah lapang yang hijau sejak siang hingga senja menjelang. Terkadang ia duduk di sana hanya beralaskan rumput. Dan hari ini ia membawanya ke hadapan emaknya. Ia menepati janjinya.
Tapi, Emaknya justru kelu dibuat olehnya.
          “Bawa dia keluar Bene! Aku tak sudi memiliki menantu sepertinya.”
          “Tapi, Mak. Mak sudah berjanji akan merestui hubunganku dengannya, Mak.”
          Perempuan bertudung itu menggeleng sembari menepuk jidatnya kencang-kencang.
          “Apa yang salah, Mak? Dia ini wanita.”
          “Bukan! Dia betina.”
          “Apa bedanya betina dan wanita? Bukankah sama saja, Mak.”
          Tiba-tiba terdengar suara kambing mengembik.
          “Jelas beda Bene! Wanita untuk manusia, sedangkan betina untuk hewan!”
          “Jangan katakan itu, Mak! Kau bisa menyinggungnya. Ini calon mantumu, Mak!”
          “Tapi dia kambing Bene! Dia tak mengerti bahasa kita!”
          Kambing itu mengembik lagi.
          “Lihatlah, Mak! Kau telah menyinggung perasaannya. Tenanglah sayang. Biar kata orang kau mirip kambing, tapi bagiku kau seperti Lulu Tobing.”
          “Ya, Gusti! Anakku benar-benar sudah gila!” keluh perempuan itu seraya menepuk jidatnya sekeras-kerasnya. Sementara anaknya masih tersenyum lebar seraya memeluk kambing yang dibawanya penuh cinta.

2 Comments

(FTS) Menjijikkan!

Tubuhku mendadak kaku. Napasku terasa amat berat. Jantungku berderu tak beraturan. Inginku meronta tapi saraf otakku seolah terasa mati. Bahkan aku begitu sulit untuk menjerit. Hariku yang tenang mendadak mencekam karena ulah jahil temanku yang tiba-tiba saja mengalungiku benda hidup ini. Benda hidup yang menjijikkan! Benda hidup melata yang paling kubenci!
            Benda hidup ini melengkari leherku. Kulitnya berwarna kuning ke-emasan. Otot-otot tubuhnya terasa nyata bergerak lambat pada tengkukku. Membuatku bergidik jijik. Berkali-kali aku berusaha mengatur napasku ketika kepalanya yang berbentuk segitiga itu bergerak-gerak tak tahu arah di bahuku. Sialan! Aku hanya tak ingin digigit! Aku hanya tak ingin digigitnya, batinku panik setengah mati. Mataku selalu mengawasi kepalanya agar aku bisa terus waspada. Sedangkan matanya yang bulat itu seolah selalu mengintai, siap menyerangku. Aku benar-benar tak ingin merasakan gigitannya!
            Tapi, di tengah panikku sempat kudengar temanku berbisik:
“Tenang. Tenang. Jangan panik. Kalau kau tak panik, maka dia tak ‘kan menyerangmu. Kuncinya adalah jangan panik.”

2 Comments

From My Blog To PLN


Pernahkah ketika Anda sedang asik bersantai di rumah seraya menikmati udara sejuk dari sebuah pendingin ruangan, atau dari sebuah kipas yang berputar kala hari terasa begitu panas, tiba-tiba saja JLEG!! Listrik tiba-tiba padam?! Niat untuk bersantai pun sirna seketika, lalu yang muncul berikutnya adalah perbuatan dosa; memaki-maki PLN sambil terus membatin. Gerah tak kunjung sirna, malah makin menjadi-jadi. Dan dosa pun makin menumpuk.

Saya yakin anda pernah mengalami hal itu, pun dengan saya. Tak terelakkan akan muncul pikiran tentang kinerja PLN yang tak becus menangani persoalan listrik yang seperti tak ada habisnya. Tapi ada beberapa poin yang kadang dilupakan oleh kita sebagai pengguna, yaitu hanya menghujat tanpa berniat memberikan masukan atau solusi kepada mereka.

Lho? Untuk apa? Itu kan memang sudah tugas, tanggung jawab, dan kewajiban bagi mereka. Jadi untuk apa lagi memberikan masukan kepada mereka? Toh harusnya mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan sebagai orang yang berkompeten di bidangnya.

Leave a comment

Serpihan Hati

Ketika angin dengan sengaja membisikkan namamu, maka saat itulah kusambar namamu darinya, lalu segera kuselipkan di balik bantal tidurku. Bukan berharap agar namamu dapat berubah menjadi benda yang kuharapkan, layaknya mitos tentang gigi yang diselipkan di balik bantal, berharap peri gigi akan datang dan menggantinya dengan benda yang kau damba-dambakan. Bukan, bukan untuk itu, sayang. Yang aku mau hanyalah bisa memimpikanmu di setiap malamku terlelap. Hanya itu, agar esok tak perlu lagi ada ukiran wajahmu dalam semangkuk sereal sarapanku, atau awan yang membentuk sketsa wajahmu di setiap pagi aku memandangi langit.

Apa aku bilang soal memandangi langit? aku selalu ingat hal itu setiap kali aku memandangi langit. Langit pagi. Pernah aku tak sengaja menemukan serpihan-serpihan hatimu─bersamaan dengan linangan air matamu─di jejak-jejak masa lalumu. Aku memunguti serpihan-serpihan itu satu per satu, senti per senti, dan kuletakkan semua itu di tanganku. Aku membawanya pulang dengan harapan dapat menyatukannya lagi. Apapun caranya─tanpa banyak berpikir─serpihan-serpihan ini harus menyatu lagi seperti sedia kala.

Leave a comment

Gadis Penghisap Darah

Cobalah kau pandangi tanah lapang di sudut sana. Dulu tak ada apa pun yang ditanami di atasnya. Kini hanya ilalang yang merembah menempatinya. Tingginya menjulang hingga melampaui kepala manusia. Pun dengan rumah kayu di pinggiran sungai. Dibiarkan kosong tak berpenghuni. Dibiarkan hampa. Hanya sarang laba-laba yang jadi penguasanya. Tinggal menunggu kapan aliran sungai akan melembak hingga menyeretnya. Menjadikannya puing-puing untuk sebuah cenderamata.

Sedari dulu tingkahmu tak kunjung berubah.. Manja dan selalu bertingkah. Gersang otakku tak kunjung kau jamah. Padahal kau sering berjiarah, mengunjungi makam-makam pemilik hati suci yang pernah kau gerogoti begitu perih. Tanpa kenal kata menyesal kau terus mengulangi. Kini gundukan tanah itu telah semakin bertambah. Bersamaan dengan haus darahmu yang semakin parah.

Leave a comment

Setitik Hujan yang Kurindu

Entah mengapa hujan selalu senang membawa serta suasana sendu bersamanya, ketika ia menitik membasahi bumi. Entah mengapa hujan juga selalu menyisakan bulir-bulir bening pada dedaunan dan pada mahkota-mahkota bunga, ketika ia sirna dari dunia. Meninggalkan jejak-jejak alaminya.

Aku selalu suka hujan yang turun di tengah kemarau. Semerbak aroma tanah yang terkesan alami akan selalu menjelma menjadi aroma yang menyejukkan. Membuat hidung tak bosan-bosan menghela. Membuat dada kembali merasakan kesegaran. Tapi, aku akan benci hujan ketika ia membawa serta angin kencang bersama dirinya. Membuatku tak bisa berbuat banyak untuk sekedar bermain bersamanya, menari-nari di bawahnya, dan membuatku tak bisa merentasnya saat akan bertemu denganmu.
Aku selalu suka hujan yang menitik di tengah malam. Karena pagi hari akan selalu sejuk setelahnya. Pagi yang biru dengan menyisakan embun yang masih lekat di kaca-kaca jendela, daun-daun, dan mahkota-mahkota bunga. Tapi, aku selalu benci bila hujan membawa serta petir bersamanya. Membuatku selalu terjaga. Petir tak pernah ramah. Ia juga tak pernah menyenangkan. Tak seperti hujan, petir selalu membawa petaka. Suaranya akan menggelegar memekakkan gendang telinga. Menggetarkan kaca jendela. Membelah langit hingga hujan semakin deras menerpa.

Leave a comment

Aku Hanyalah Hantu

Pernahkah kamu merasa takjub dengan benda bulat berwarna putih di atas sana? Kini aku sedang memandanginya, mengaguminya yang sedang benderang. Benda itu selalu tergantung di atas sana, putih, dan sempurna. Benda itu selalu nampak dekat, namun begitu susah untuk kudapat.

Pernahkah kamu merasakan damai dengan suasana yang begitu sunyi? Saat ini aku sedang mencobanya. Berharap tak ada apapun yang mengganggu, sekalipun itu bunyi jangkrik yang kadang terdengar merdu. Sunyi ini selalu mendekapku erat tanpa ada niat untuk melepas. Sunyi ini selalu terdengar damai, namun sebenarnya begitu menyeringai.

Leave a comment

The Liebster Award!

Wow! Gue baru dapet Liebster Award lho!!
Eh, tapi itu apaan ya? *garuk-garuk kepala*


Oke, kayaknya cuma gue doang nih dari sekian banyak blogger yang belum tahu tentang Liebster Award. Jujur, gue juga baru pertamakali mendengar award semacam ini. Dan award ini gue dapet dari Happy Hawra, makasih Happy!! Nah, buat yang belum tahu, atau pun juga yang sudah tahu apa itu Liebster Award, gue bakal ngasihtahu terlebih dahulu tentang award ini. Buat yang belum tahu harap simak baik-baik, dan buat yang udah tahu kalian bisa mengoreksi kalau-kalau penjelasan gue ada yang salah.

7 Comments

[Cerpen] Rasi Bintang Gemini, Taurus dan Cancer


            Jam lima lewat lima belas, masih setengah jam lagi, bisikku dalam hati yang baru saja menelisik jam analog yang melingkar di lengan kiriku. Sudah lama juga rupanya aku di sini. Benar kata orang jika waktu akan bergerak begitu cepat bila kita terlalu menikmatinya. Seperti aku saat ini. Aku terlalu menikmati waktu yang kuhabiskan bersenda gurau bersama teman-teman semasa SMA-ku. Duduk bersama di satu meja, bernostalgia dengan ketololan-ketololan dulu, tergelak sesukanya seolah menertawai kebodohan-kebodohan kita dulu. Ya, kita─aku dan kamu. Aku harap kamu akan datang di acara reuni kecil ini yang selalu ada hampir di setiap tahunnya, saat bulan ramadan menyapa. Ya, aku masih menunggumu.
            Apa kamu masih ingat denganku, Fan? Ah, pertanyaan yang bodoh. Aku yakin kamu masih sangat ingat denganku kecuali jika mendadak kamu terserang alzheimer, karena baru kemarin kita bertatap muka melalui Skype. Tapi, bukan itu maksud pertanyaanku. Maksudku, apa kamu masih ingat dengan semua waktu yang pernah kita habiskan bersama semasa SMA dulu? Ya, kita─aku dan kamu.
            Ah, sial! Kata-kata itu selalu melekat di benakku. Apa kata-kata kita itu cocok untuk menggambarkan kita yang sekarang ini? Kita yang masih menjaga tali silaturahim walau jarak tetap memisahkan kita di antara dua negara yang berbeda. Aku di negara kelahiranku, Indonesia, sedangkan kamu di negara kelahiran Kanguru, Australia. Tapi, kurasa kita yang sekarang ini masih kita yang dulu, dan tak ‘kan pernah menjadi kita dalam arti sebenarnya. Ah, sudahlah. Sepertinya terlalu banyak kata kita dapat membuat kepalaku jadi pusing sebelah.

2 Comments

[Cerpen] Menghabiskan Waktu

“Malam ini kita jadi ke rumah sepupu lo itu, Gi?” tanya Dion yang sedang sibuk mengotak-ngatik radio tape di mobil Gio.
          “Jadi dong. Tadi gue baru aja ditelepon. Keluarga besar udah ngumpul semua,” jawab Gio yang duduk di balik kemudi mobil sedan berwarna hitam.
          Dion merespon dengan sebuah anggukan kepala. Sesaat kemudian lagu Undertow dari Mr. Big pun terdengar melantun dari radio tape.
Sepanjang perjalanan Gio menceritakan latar belakang sepupunya kepada Dion. Dan seperti biasa, Dion tak terlalu antusias mendengar cerita Gio. Sebenarnya bukan tak antusias dengan cerita mengenai sepupunya Gio, tapi ia tak antusias karena pembawaan Gio bila sudah bercerita. Apalagi saat menceritakan seorang perempuan. Ia akan sedikit memainkan imajinasinya.

3 Comments

[Cerpen] Senja Di Ujung Jalan

(gambar: sanggemintang.wordpress.com)
Sore itu, seperti sebuah deja-vu atau semacam hal yang kembali menimpanya. Kem selalu saja merasakan kejadian ini terus terjadi padanya berulang kali di setiap senja menantinya di ujung jalan itu. Tepatnya setiap kali ia mengajak anjingnya untuk berjalan di bawah langit senja. Kevin! Begitu Kem selalu memanggil anjingnya. Dan kali ini ia harus kembali meneriaki anjingnya karena sudah masuk ke rumah orang tanpa permisi. Untuk yang ke sekian kalinya.
“Sori. Anjing aku ngeganggu, ya?” tanya Kem begitu ia menghampiri anjingnya yang sudah lebih dulu masuk tanpa permisi.
            “Oh, enggak kok. Nggak sama sekali,” jawab seorang gadis sembari menyunggingkan senyum di wajahnya. Senyumannya itu membuat dagunya yang mungil dan  runcing nampak bergaris, membuat kesan manis semakin melekat padanya. “Anjing kamu lucu, ya,” ujarnya sembari terus mengelus-elus kepala anjing berjenis beagle itu dengan lembutnya.

2 Comments

[Cerpen] Langit Senja Pantai Senggigi


(gambar: www.infolombok.net)
Suara jepretan kamera terdengar samar bersautan dengan silau flash yang selalu saja mengerjap tiap kali Keane menekan tombol shutter pada kamera DSLR-nya. Tepat di depan kamera, seorang model wanita tengah berpose sesuai dengan instruksi Keane sebelumnya. Siang itu di dalam studio foto, Keane menjalani aktivitas seperti biasanya, yaitu menjadi seorang fotografer untuk majalah fashion.
“Oke, good! Kita break dulu 15 menit, ya!” seru Keane setelah merasa cukup puas dengan hasil jepretannya. Ia pun kemudian mengangkat kameranya dari sebuah tripod dan melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya. Melalui LCD kameranya, Keane mulai melihat-lihat kembali hasil bidikannya tadi. Ia melihat satu persatu hasil fotonya dengan detail. Matanya fokus melihat hasil jepretannya. Namun, saat Keane tengah fokus untuk melihat foto-foto yang ada di kameranya tiba-tiba saja ia mendengar bisikan di telinganya.

3 Comments

Warga Sipil Bukanlah Tameng Bagi Hamas

Terlepas dari Pilpres 2014 yang baru saja kita lalui sebagai bangsa Indonesia. Kini, konflik antara Palestina dan Israel kembali mencuat ke permukaan setelah serangan yang dilakukan oleh Israel tepat di bulan suci ramadan ini terekam oleh media. Tidak sedikit korban luka bahkan korban meninggal akibat dari serangan yang dilakukan oleh kubu Israel tersebut. Sudah lama memang konflik antara Palestina dan Israel ini terjadi dan banyak mendapat sorotan dunia. Dan tidak dipungkiri jika banyak yang mengecam tindakan Israel tersebut, terutama negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim, tak terkecuali Indonesia.

Baiklah, terlepas dari persoalan agama yang membuat rakyat Indonesia begitu merasakan penderitaan rakyat Palestina saat ini, kini muncul problema baru di masyarakat kita. Ya, setidaknya itu yang saya lihat saat ini. Pemberitaan-pemberitaan soal korban sipil yang gugur dari Palestina rasanya sudah cukup menggetarkan hati kita, hati anda dan saya. Namun ada hal lain lagi yang kali ini lebih menggetarkan hati saya, bahkan membuat saya sangat miris dibuatnya. Yaitu, mereka (sebagian warga Indonesia) yang membenarkan tindakan Israel kepada rakyat Palestina. Inilah problema baru yang saya maksudkan. Mungkin sebagian dari kalian tidak menganggap bahwa ini adalah problema yang baru karena sudah lama mengetahuinya, tapi setidaknya ini problema baru bagi saya karena saya pribadi baru mengetahuinya.

Leave a comment

[Cerpen] Tulang Punggung Baja

“Sabrina! Waktunya pulang, sayang!”
            Bila aku sudah mendengar kalimat seperti itu dari Mama, maka aku akan berhenti bermain dan langsung berlari menghampiri Mama yang sudah menjemputku untuk pulang. Setelah itu Mama akan menyunggingkan senyumnya sembari merendahkan tubuhnya dan menyambutku dengan pelukannya. Kemudian Mama akan membalikkan tubuhnya dan membiarkanku untuk bersandar di punggungnya. Mungkin aku tak seperti anak-anak kebanyakan yang senang digendong di depan karena aku sangat senang bila Mama menggendongku di belakang tubuhnya. Membiarkanku berada di punggungnya yang kuat seperti baja.
            Bagiku, Mama memiliki punggung yang kuat seperti baja, namun juga lembut seperti bantal Turki yang terbuat dari bulu domba. Tak jarang punggung Mama membuatku tertidur saat aku digendong di atasnya. Selain itu, hal yang paling kusuka dari Mama adalah wangi tubuhnya yang selalu ingin kuhirup. Mama memiliki wangi tubuh yang lembut dan menyegarkan, seperti wangi bunga lili yang pernah kucium saat bertamasya ke taman bunga sebulan yang lalu. Wangi tubuh Mama selalu mengingatkanku kepada Papa. Tepatnya saat aku bertanya bagian diri Mama yang mana yang paling disukai oleh Papa. Sambil tersenyum simpul, Papa pun menjawab dengan suaranya yang terdengar parau, “Wangi tubuh Mamalah yang paling Papa suka, nak.” Dan kini aku mengerti mengapa Papa begitu menyukai wangi tubuh Mama yang lembut dan menyegarkan seperti bunga lili ini.

1 Comment

[Cerpen Anak] Pena Dari Bulu Angsa Ajaib

Karmela, seorang anak yang sangat senang menulis. Ia begitu riang tiap kali ia guratkan ujung penanya yang runcing itu ke permukaan kertas. Tiap guratannya ia bentuk menjadi huruf per huruf dan ia susun hingga menjadi sebuah kalimat, bahkan sebuah paragraf. Kesenangannya menulis ia dapatkan dari ayahnya. Ayah Karmela adalah seorang penulis ulung yang telah menulis di banyak kertas. Ayahnya adalah orang yang paling terkenal di desanya. Semua orang desa tahu siapa Ayah Karmela. Pria kurus dengan kumis dan kacamata yang hampir sama tebalnya. Pak Julis, begitu biasanya mereka menyapanya. Entah kenapa warga desa senang memanggil beliau dengan sebutan Pak Julis, padahal namanya bukanlah Julis, melainkan Deri. Mungkin panggilan Julis itu berasal dari kepanjangan ‘juru tulis’ yang disingkat menjadi ‘Julis’. Entahlah, tapi yang jelas nama itu sudah lama melekat di dalam diri Ayah Karmela.

2 Comments

Surat Untuk Mantan

Hai, sang pemantik fajarku yang telah lama pergi. Kau tahu bila aroma minyak wangimu masih dapat tercium jelas di hidungku? Aroma floral yang lembut itu selalu menggelitiki hidungku tiap kali aku mengingatmu. Kini kita memang telah terpisah. Bukan. Bukan terpisah melainkan memang sudah berpisah. Ya, berpisah karena itulah maumu, bukan?

Kau pernah mengatakan padaku tentang apa itu kesetiaan. Kau pernah mengajariku tentang apa itu kebahagiaan. Tapi kau juga yang mengingkari semua itu. Kecewa? Apa kau melihatku sebagai orang yang penuh rasa kecewa? Aku tak kecewa, sayang. Aku hanya orang yang pernah terluka oleh sikapmu yang tak pernah sama dengan ucapanmu.

Aku seperti air tawar yang kau simpan di dalam lemari besimu. Kau menyimpanku baik-baik dan akan datang padaku hanya saat kau membutuhkanku. Saat kau tengah dehidrasi. Saat kau tengah haus dengan belaian kasih sayang. Dan aku selalu membiarkanmu meneguk kasihku dengan napsumu itu hingga kau tak lagi merasa kering.

1 Comment

Yuk, Biasakan Peduli Lingkungan!


Gue pernah membayangkan gimana enaknya hidup di surga. Tempat yang dipenuhi oleh banyak tumbuhan hijau, banyak pepohonan yang rindang, kicauan burung-burung kecil yang juga terbang ke sana-ke mari, suara gemercik aliran air sungai yang jernih dan terdengar menyejukkan telinga, dan lagi rumput-rumput kecil yang terasa halus ketika telapak kaki ini menginjaknya. Huuuhh... benar-benar sebuah bayangan yang menyenangkan buat gue. Kenapa gue bisa jauh-jauh membayangkan surga? Karena gue udah cukup jenuh dengan lingkungan sekitar gue yang menurut gue udah terbilang kurang nyaman. Yang paling bikin gue nggak nyaman adalah sampah yang berserakan di mana-mana. Dari pinggir jalan sampai di tengah sungai! Menurut gue sih permasalahan sampah ini adalah permasalahan yang klise banget. Tapi ya, gitu, banyak yang belum sadar juga. Makanya kali ini gue pengin ngomongin soal kepedulian lingkungan di postingan blog gue ini. So, cekidot!

1 Comment

Agak Risih dengan Urinoir Otomatis

Nggak bisa dipungkiri lagi kalau yang namanya kemajuan teknologi itu semakin pesat. Dari mulai laptop yang menggunakan sensor retina, pendingin ruangan yang bisa menditeksi keberadaan orang, hingga pintu otomatis yang terbuka sendiri ketika seseorang akan masuk atau keluar. Apa ada kesamaan dari kemajuan teknologi yang gue sebutin barusan? Yap! Sensor. Benda-benda atau teknologi yang gue sebutin tadi memiliki kecanggihan yang terletak pada sensornya. Tentunya kalian udah nggak perlu dijelasin lagi dong ya tentang apa itu 'sensor'? Nah, gue punya pengalaman tersendiri tentang sebuah teknologi yang menggunakan sensor sebagai kelebihannya.

Jadi gini. Gue waktu itu pengin nonton film dengan temen-temen gue di XXI Cipinang Mall. Nah, hal pertama yang gue lakuin setelah godain security dan mesen tiket yaitu gue pergi menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Sesampainya di kamar mandi gue langsung menghampiri temen lama gue, urinoir. Tahukan apa itu urinoir? Buat kaum hawa wajar kalau nggak tahu, tapi buat kaum adam kebangetan kalau sampai nggak tahu. Ya udah biar yang tahu makin tahu dan yang nggak tahu jadi tahu, gue kasih liat aja penampakannya ya! Tuh!

4 Comments

Tips Berhenti Merokok yang Butuh Sedikit Pemaksaan

Pastinya kita udah nggak asing lagi dengan yang namanya rokok, kan? Benda yang berbahaya bagi tubuh tapi masih tetap banyak yang mau menghisapnya. Gue juga nggak tahu kenapa kita (manusia) masih aja mengkonsumsi rokok, hal yang kita sendiri udah tahu kalau itu udah nggak bagus untuk tubuh kita. Mungkin memang kodrat kita sebagai manusia kali ya, yang emang doyan ngerusak diri sendiri.

Oke. Bicara tentang rokok, kali ini gue mau berbagi tips ke kalian bagaimana caranya untuk berhenti merokok. Tips-tips ini pastinya sudah pernah diuji sebelumnya. Bukan diuji oleh para ahli sih, tapi setidaknya pernah diuji oleh diri gue sendiri. Yap, buat kalian yang belum tahu dan belum kenal gue kudu tahu informasi ini. Gue adalah mantan perokok yang sudah berhenti merokok sekitar tahun 2011. Itu berarti kalau gue sudah berhenti merokok hampir 2 tahun lebih. Kok bisa? Katanya susah banget buat berhenti merokok?

Buat mereka yang belum pernah nyoba pastinya memang terdengar susah. Susah banget malah. Tapi buat mereka yang pernah nyoba dan gagal, mungkin mereka salah atau kurang tepat dalam penerapannya. Kalo gitu nggak usah banyak cincong lagi deh, ya. Langsung aja gue kasih beberapa tips untuk berhenti merokok versi gue. Cekidot!

7 Comments

[Cerpen] Satu Cinta Dua Dunia (Part 2)

Satu tahun sudah lamanya Joni tak lagi mendengar kabar dari kekasihnya, Intan. Satu-satunya hal yang membuatnya masih yakin bila mereka akan dipertemukan kembali adalah secarik surat dari Intan yang masih disimpannya hingga saat ini. Joni tak pernah sedikitpun menyisihkan Intan dari ingatannya. Kurang lebih sudah satu tahun ini Joni hanya bisa mengobati rasa rindunya kepada Intan melalui sebuah foto. Sebuah foto Intan dan dirinya yang selalu ia selipkan di dalam dompetnya dan beberapa lagi ia tempelkan di dinding kamarnya. Baginya merindu seperti ini sangatlah menyiksa. Hanya bisa memandangi seseorang yang begitu dirindunya dari sebuah foto tanpa bisa menyentuhnya. Ia tak ada bedanya dengan orang yang hanya memiliki pacar khayalan.
Tak ingin membuka hatinya untuk hal yang baru tak lantas membuat Joni membatasi pergaulannya. Banyak sudah perempuan yang berlalu lalang di dalam hidupnya. Apalagi kini Joni sudah berada di dunia kerja. Dunia di mana ia akan makin banyak menemukan orang-orang baru. Dan salah satu orang baru di dalam hidupnya adalah seorang perempuan bernama Tania. Seorang perempuan yang ia kenal selama lima bulan terakhir ini. Satu-satunya perempuan yang hingga saat ini bisa dekat dengan dirinya semenjak ia tak lagi dapat berjumpa dengan Intan.

Leave a comment

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.