Archive for Desember 2015

Risalah 2015: Mulai dari 2 kali Hampir Kehilangan Motor dan Berhasil Menerbitkan Buku!

Apa yang Sudah Kamu Capai Tahun ini?

Tahun sudah akan berganti sebentar lagi. Dan saya yakin pasti tidak sedikit dari kita yang sudah merasakan hal luar biasa di tahun ini. Yah… Suka-duka memang akan selalu berdampingan dan itu tidak akan bisa kita gugat lagi. Tetapi, paling tidak, saya yakin akan selalu ada hal-hal yang begitu membekas di sepanjang tahun 2015 di benak kita. Entah itu sesuatu yang menyenangkan atau malah memilukan. Dan, bagi saya, pengalaman tetap saja pengalaman dan akan sangat sayang bila tak diguratkan dalam sebuah catatan, meski pengalaman paling memilukan sekalipun. Sebab, bagaimanapun, perjalanan hidup kita ini tak lebih dari catatan sejarah di kemudian hari, yang bisa terlupakan dan hilang tanpa makna, bila tak diguratkan dalam sebuah tulisan.

Nah, karena itulah, kali ini saya ingin merangkai segelintir hal yang begitu membekas di benak saya selama dua semester ini. Mulai dari hal memilukan sampai hal paling membahagiakan yang tak sempat saya bayangkan sebelumnya. Dan, mungkin, akan lebih baik bila saya memulai risalah sepanjang tahun ini dengan hal-hal memilukan lebih dulu. Bukan apa-apa. Saya hanya berharap agar segala sesuatunya dalam hidup ini akan berakhir bahagia apa pun yang terjadi. Karena itu, biarkan hal memilukan mengetuk di awal dan kebahagiaan yang menepisnya kemudian…

4 Comments

[Cerpen] 1/2 Gila

Gambar: freepik.com

“Lihatlah sisi baiknya sekarang, Damar. Mereka mengecapku sebagai orang gila, bukan lagi sebagai seorang pengangguran.
Betapa Topan sangat   menyukai rumah barunya ini melebihi dari rasa sukanya terhadap rumahnya sendiri. Selain bisa terbebas dari pergunjingan para tetangga, di sini ia bisa hidup berleha-leha. Terlebih, di rumah barunya ini ia bisa melihat hal-hal yang menakjubkan. Sesuatu yang belum pernah dilihatnya di tempat lain atau bahkan, mungkin, di kehidupannya yang lain.
Betapa tak menakjubkannya jika setiap hari aku bisa melihat seekor naga meliuk-liuk di depanku, katanya sekali waktu kepada Damar sambil terkagum-kagum, juga seorang bajak laut yang selalu berdiri setiap harinya di atas batu besar itu. Belum lagi seorang penyihir yang amat pemalas sehingga tak ada hal lain yang dikerjakannya selain bersandar di bawah pohon sambil terus mengupil.
Sejujurnya, Topan tak pernah sekalipun mengira bisa menemukan semua hal menakjubkan itu di rumah barunya ini. Padahal, yang diharapkannya dulu saat tinggal di sini hanyalah agar ia bisa menjalani hidup dengan tenangnya. Terbebas dari pergunjungan para tetangga. Hanya itu. Tak lebih.

4 Comments

Freeport dan Indonesia: Catatan Sejarah, Kolonialisme, Konspirasi dan Ironi

Gambar: sejarahri.com
Langit Desember di hari Jum’at pagi, tanggal 11 tepatnya, sangat meneduhkan. Saya masih ingat bagaimana rutinitas, yang terbilang biasa ini, berlangsung dalam hidup saya; bangun pagi dan bergegas pergi bekerja. Saya mengendarai motor, melewati rute yang sudah begitu familiar; menyebrangi rel kereta tanpa palang pintu, melintasi jalur di pinggiran Kanal Banjir Timur, dan bertemu dengan lampu lalulintas sebelum kemudian berkelok ke kiri. Sesampai di kantor, saya lekas mengisi absen dan menuju meja.

Barangkali, kegiatan yang sering saya lakukan ketika pertama kali menyalakan komputer akan sama seperti yang dilakukan manusia di zaman digitalisasi ini; tanpa menghiraukan hal lain saya langsung membuka google chrome, lalu segera membuka tiga laman sekaligus dengan tab yang berbeda, yakni email, facebook dan twitter. Tak ada hal menarik ketika saya mengecek emailsebab yang masuk hanya email promo dari beberapa market place yang pernah saya coba hampiri. Namun lain hal ketika saya membuka laman facebook. Sebab saat itu saya langsung mendapati sebuah postingan, yang di-like oleh salah seorang teman saya, muncul di beranda saya dengan judul yang menarik, “JFK Dibunuh, Sukarno Lengser, Freeport ‘pun Deal!” (Anda bisa baca di sini). Seketika ada sesuatu yang berkelebat di kepala saya ketika membaca judulnya. Apalagi foto hitam-putih yang turut ditampilkan oleh postingan tersebut menampakkan sosok Soekarno yang tengah berjalan dengan John F. Kennedy dan keduanya menyunggingkan senyum yang begitu hangat. Intuisi saya pun dengan lekas menyambar.

2 Comments

[Cerpen] Danyang

Photo by: thephoblographer.com
Lelaki itu naik menelusuri tangga, mengintip dan memasuki setiap ruangan, lalu kembali turun melewati tangga yang sama setelah menyadari bila cintanya tak bisa ia temukan di mana-mana. Di mana kamu, batinnya resah. Di mana kamu, Sayang?
Sesungguhnya rumah itu tak terlampau besar. Hanya rumah dua lantai dengan empat kamar tidur (dua kamar di lantai satu dan dua kamar di lantai dua) dan tiga kamar mandi (dua kamar mandi di lantai satu dan satu kamar mandi di lantai dua). Pekarangan depannya pun tak terlampau luas, hanya mampu ditumbuhi sebuah pohon mangga yang rimbun. Perdu dan rumput gajah yang tak lagi terurus tumbuh semarak di pekarangan belakang. Sebuah dangau nan sederhana di bangun di sudut pekarangan belakang. Namun, di rumah yang tak terlampau luas itu tetap saja ia tak bisa menemukan sosok dari cintanya yang ia inginkan.
Cintanya tak ada di mana-mana.

2 Comments

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.