“Sabrina!
Waktunya pulang, sayang!”
Bila aku sudah mendengar kalimat
seperti itu dari Mama, maka aku akan berhenti bermain dan langsung berlari
menghampiri Mama yang sudah menjemputku untuk pulang. Setelah itu Mama akan
menyunggingkan senyumnya sembari merendahkan tubuhnya dan menyambutku dengan
pelukannya. Kemudian Mama akan membalikkan tubuhnya dan membiarkanku untuk
bersandar di punggungnya. Mungkin aku tak seperti anak-anak kebanyakan yang
senang digendong di depan karena aku sangat senang bila Mama menggendongku di
belakang tubuhnya. Membiarkanku berada di punggungnya yang kuat seperti baja.
Bagiku, Mama memiliki punggung yang
kuat seperti baja, namun juga lembut seperti bantal Turki yang terbuat dari
bulu domba. Tak jarang punggung Mama membuatku tertidur saat aku digendong di
atasnya. Selain itu, hal yang paling kusuka dari Mama adalah wangi tubuhnya
yang selalu ingin kuhirup. Mama memiliki wangi tubuh yang lembut dan
menyegarkan, seperti wangi bunga lili
yang pernah kucium saat bertamasya ke taman bunga sebulan yang lalu. Wangi
tubuh Mama selalu mengingatkanku kepada Papa. Tepatnya saat aku bertanya bagian
diri Mama yang mana yang paling disukai oleh Papa. Sambil tersenyum simpul,
Papa pun menjawab dengan suaranya yang terdengar parau, “Wangi tubuh Mamalah
yang paling Papa suka, nak.” Dan kini aku mengerti mengapa Papa begitu menyukai
wangi tubuh Mama yang lembut dan menyegarkan seperti bunga lili ini.