Archive for November 2014

[FF] Calon Mantu

Kemarin Bene bilang jika ia akan menunjukkan kekasihnya kepada Emaknya. Kekasih yang selalu dilihatnya dari jendela kamarnya, selalu berjemur dan berlari-larian anggun di tanah lapang yang hijau sejak siang hingga senja menjelang. Terkadang ia duduk di sana hanya beralaskan rumput. Dan hari ini ia membawanya ke hadapan emaknya. Ia menepati janjinya.
Tapi, Emaknya justru kelu dibuat olehnya.
          “Bawa dia keluar Bene! Aku tak sudi memiliki menantu sepertinya.”
          “Tapi, Mak. Mak sudah berjanji akan merestui hubunganku dengannya, Mak.”
          Perempuan bertudung itu menggeleng sembari menepuk jidatnya kencang-kencang.
          “Apa yang salah, Mak? Dia ini wanita.”
          “Bukan! Dia betina.”
          “Apa bedanya betina dan wanita? Bukankah sama saja, Mak.”
          Tiba-tiba terdengar suara kambing mengembik.
          “Jelas beda Bene! Wanita untuk manusia, sedangkan betina untuk hewan!”
          “Jangan katakan itu, Mak! Kau bisa menyinggungnya. Ini calon mantumu, Mak!”
          “Tapi dia kambing Bene! Dia tak mengerti bahasa kita!”
          Kambing itu mengembik lagi.
          “Lihatlah, Mak! Kau telah menyinggung perasaannya. Tenanglah sayang. Biar kata orang kau mirip kambing, tapi bagiku kau seperti Lulu Tobing.”
          “Ya, Gusti! Anakku benar-benar sudah gila!” keluh perempuan itu seraya menepuk jidatnya sekeras-kerasnya. Sementara anaknya masih tersenyum lebar seraya memeluk kambing yang dibawanya penuh cinta.

2 Comments

(FTS) Menjijikkan!

Tubuhku mendadak kaku. Napasku terasa amat berat. Jantungku berderu tak beraturan. Inginku meronta tapi saraf otakku seolah terasa mati. Bahkan aku begitu sulit untuk menjerit. Hariku yang tenang mendadak mencekam karena ulah jahil temanku yang tiba-tiba saja mengalungiku benda hidup ini. Benda hidup yang menjijikkan! Benda hidup melata yang paling kubenci!
            Benda hidup ini melengkari leherku. Kulitnya berwarna kuning ke-emasan. Otot-otot tubuhnya terasa nyata bergerak lambat pada tengkukku. Membuatku bergidik jijik. Berkali-kali aku berusaha mengatur napasku ketika kepalanya yang berbentuk segitiga itu bergerak-gerak tak tahu arah di bahuku. Sialan! Aku hanya tak ingin digigit! Aku hanya tak ingin digigitnya, batinku panik setengah mati. Mataku selalu mengawasi kepalanya agar aku bisa terus waspada. Sedangkan matanya yang bulat itu seolah selalu mengintai, siap menyerangku. Aku benar-benar tak ingin merasakan gigitannya!
            Tapi, di tengah panikku sempat kudengar temanku berbisik:
“Tenang. Tenang. Jangan panik. Kalau kau tak panik, maka dia tak ‘kan menyerangmu. Kuncinya adalah jangan panik.”

2 Comments

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.