Kemarin Bene bilang jika ia akan menunjukkan
kekasihnya kepada Emaknya. Kekasih yang selalu dilihatnya dari jendela
kamarnya, selalu berjemur dan berlari-larian anggun di tanah lapang yang hijau
sejak siang hingga senja menjelang. Terkadang ia duduk di sana hanya beralaskan
rumput. Dan hari ini ia membawanya ke hadapan emaknya. Ia menepati janjinya.
Tapi, Emaknya justru kelu dibuat olehnya.
“Bawa dia keluar Bene! Aku tak sudi
memiliki menantu sepertinya.”
“Tapi, Mak. Mak sudah berjanji akan
merestui hubunganku dengannya, Mak.”
Perempuan bertudung itu menggeleng
sembari menepuk jidatnya kencang-kencang.
“Apa yang salah, Mak? Dia ini wanita.”
“Bukan! Dia betina.”
“Apa bedanya betina dan wanita?
Bukankah sama saja, Mak.”
Tiba-tiba terdengar suara kambing
mengembik.
“Jelas beda Bene! Wanita untuk manusia,
sedangkan betina untuk hewan!”
“Jangan katakan itu, Mak! Kau bisa
menyinggungnya. Ini calon mantumu, Mak!”
“Tapi dia kambing Bene! Dia tak
mengerti bahasa kita!”
Kambing itu mengembik lagi.
“Lihatlah, Mak! Kau telah menyinggung
perasaannya. Tenanglah sayang. Biar kata orang kau mirip kambing, tapi bagiku
kau seperti Lulu Tobing.”
“Ya, Gusti! Anakku benar-benar sudah
gila!” keluh perempuan itu seraya menepuk jidatnya sekeras-kerasnya. Sementara anaknya
masih tersenyum lebar seraya memeluk kambing yang dibawanya penuh cinta.