“Iya,
Ayana.”
“Ayah,
aku bosan selalu minum susu kedelai ini. Tak bisakah sesekali aku mencoba susu
sapi?”
“Tidak
boleh, Ayana. Apa kau mau menjadi monster api?”
Ayana
terdiam sejenak. “Tidak, Ayah.”
“Kalau
begitu habiskanlah susumu. Sebentar lagi jemputan sekolahmu akan datang.”
Dengan
wajah yang merajuk sebab keinginannya tak dituruti, gadis kecil itu pun meraih
segelas susu kedelai yang ada di depannya. Sambil menahan napas karena tak
begitu suka dengan bau langu dari kedelai yang begitu kentara, ia pun
mereguknya perlahan. Gadis kecil itu meminum susunya tak ubahnya orang yang
sedang menyelam tanpa tabung oksigen. Kadang Ayana akan berhenti sejenak untuk
sekedar mengambil napas, sebelum kembali mereguk susunya seraya menahan
napasnya lagi.
Ayahnya
memang tak pernah mengijinkan Ayana untuk meminum susu sapi. Katanya, bila
Ayana sampai meminum susu sapi, maka ia akan menjelma menjadi monster api.
Tubuhnya akan mengeluarkan bulu lebat berwarna merah menyala seperti api. Lalu,
ia akan mendesis seperti ular. Ayah akan selalu menceritakan hal itu setiap
kali Ayana merengek meminta susu sapi. Maka, setelah mendengar itu, Ayana pun akan
diam dan berhenti merengek. Ia tak mau berubah menjadi monster api. Untuk
itulah ia terpaksa selalu meminum susu kedelai yang sebenarnya bau dan rasannya tak begitu disukainya. Apalagi kadang rasa susu kedelai itu suka
tertinggal di merihnya.