Archive for 2016

Risalah 2016: Satu Mimpi Lagi yang Terealisasi!

Picture by http://www.blogs.hss.ed.ac.uk/
Mimpi apa yang sudah kamu realisasikan di tahun ini?

Mendekati penghujung tahun 2016 ini pasti banyak sekali hal yang sudah kita lalui. Mulai dari hal yang sudah kita rencanakan di awal sampai yang tak pernah terduga sebelumnya. Namun pastinya hanya beberapa hal yang begitu membekas di benak kita dan rasanya begitu berharga untuk sekedar dikenang. Seperti saya pribadi. Ada banyak hal yang sudah saya lalui di 2016, tapi ada beberapa hal yang sepatutnya saya abadikan lewat sebuah tulisan. Dan salah satu caranya adalah lewat tulisan ini.

Dan menyambung kegiatan tahun lalu, di tahun ini pun saya ingin mencatatkan lagi apa saja hal-hal yang sudah saya lalui. Setidaknya, risalah ini bisa menjadi acuan bagi saya pribadi atas pencapaian apa yang sudah saya raih di tahun ini. Atau bisa menjadi perbandingan seberapa hebat tahun ini bagi saya dibanding tahun sebelumnya (Risalah 2015 saya bisa dilihat di sini). Atau juga menjadi acuan bagi saya untuk bisa membuat tahun berikutnya menjadi lebih hebat daripada tahun ini.

9 Comments

[Cerpen] Hilangnya Seekor Naga


Seperti ribuan intan permata yang sengaja dilempar oleh Tuhan ke angkasa, gugusan bintang yang berkelapan begitu indah menggantung di atas sana, tersebar hampir ke seluruh penjuru langit Amsterdam. Membuat langit malam tak lagi berwarna hitam, melainkan biru keungu-unguan. Bulan sabit tak lagi pasi di antara luasnya langit yang membentang, melainkan elok sebab telah berkalungkan perhiasan.

Jauh di bawahnya, seorang lelaki tengah memandangi langit yang tak lagi sederhana itu sendirian. Di sebuah langkan di lantai dua rumahnya, ia berdiri dengan wajah yang agak mendongak. Matanya tak lekang memandangi langit malam yang lapang dan tengah dinaungi oleh gugusan bintang. Membuatnya teringat kembali pada seorang gadis yang wajahnya selalu dinaungi oleh seberkas cahaya. Matanya teduh dan selalu diilhami oleh keluguan seorang perempuan. Dagunya meruncing dan mungil. Hidungnya ramping dan tak terlalu mancung. Bibirnya tipis dengan senyum yang tak pernah berlebihan.

2 Comments

[Puisi] Jiwa Untuk sekedip Matamu

Picture by: pixhome.blogspot.co.id
Lebih dari cukup,
senyummu selalu rekah di setiap hari.
Lebih dari itu,
surga duniawi tak tertampik lagi.

Aku berani tawarkan jiwa
untuk sekedip matamu,
juga segelintir umur
demi bisa memelukmu.

Terlalu berlebihankah itu untukmu, Sayang?
Aku tak merasa. Yang aku tahu rasa ini
terlanjur berlebih, melembak hingga aku tak lagi rasional.

2 Comments

Hujan dan Renjana




Di balik jendela kumemandang hujan
jatuh, menitik, melahirkan genangan dan kenangan,
saling tumpang tindih.

Merangkak di antara rinai
suara-suara dambaan itu, mampukah kau mendengarnya?
Memanggil-manggil mesra namamu.

Aku benci hujan.
Semua akan menjadi basah.
Atap, tanah, daun-daun,
juga mataku akan basah,
oleh hujan.

Renjanaku akan menggebu
ketika hujan menyemai bumi beserta penghuninya.
Wujudmu kemudian terlahir dalam bentuk peri hujan,
menyergapku. Aku dengan rela mendekap wujudmu.

Tak ingin kulepas walau sesaat
hingga air mataku menitik bersama hujan,
melahirkan genangan dan kenangan,
saling tumpang tindih.

2 Comments

Aku Benci Mereka

Picture from http://strano66.blogspot.co.id/2013/10/foto-karya-seni-yang-bisa-membuat-orang.html
Aku Benci Mereka,
yang mengharapmu sama sepertiku.

Aku benci mereka,
yang merindumu sama sepertiku. 
 
Aku benci mereka,
yang selalu menyebut namamu dalam angan
mereka masing-masing.

Aku akan selalu membenci
mereka yang seolah peduli
padamu penuh perhatian. 
 
Tiadakah mereka bisa mencari yang lain
agar kamu tiada yang ingin selain aku dan hanya aku.

Aku membenci mereka,
yang merayumu dengan menjual kata cinta.

4 Comments

Tak Akan Kembali Biar Kubuat 1000 Puisi


Picture by http://fh-art.net/two-boats-lake-painting/


Berelegi atau berpuisi, kulampiaskan segalanya.
Hati tetap saja luka.
Yang hilang tak mungkin kembali
meski kubuat seribu puisi, bertinta darah.
Meski kugubah seribu lagu sendu,
bertahta nestapa.

Bejana dalam relung terlanjur merenggang.
Tiada lagi pucuk kebahagiaan yang tersirat di antaranya.
Perih telah menggurita tanpa tahu bagaimana akhirnya.

Kukira tak ada yang lebih perih kecuali pengkhianatan.
Pergi tanpa pamit dan tak kembali
baru kutahu jauh lebih mengundang luka.
Entah apa panawar racunnya.

Entah berapa lama aku mampu berdiri agar tak limbung,
sedang kau tiada lagi di bumi.
Kau tak akan kembali berkedip sebelum Izrafil
menunaikan titah Tuhan.
Di embusan napasnya yang kedua.

3 Comments

Buku Fiksi Pertama dan Impian yang Terwujud



Mariana, Perempuan yang Selalu Menolak Cinta dan Cerita Lainnya (Indiebook, 2016)

“Semua mimpimu akan terwujud asalkan kamu punya keberanian untuk mengejarnya.”
-Walt Disney-



Saya adalah salah satu orang yang percaya bahwa setiap manusia pasti bisa mewujudkan impiannya, apa pun itu. Dan seperti kutipan yang ada di awal postingan ini, siapa pun bisa mewujudkan impiannya asalkan berani mengejarnya. Berani memperjuangkannya.


“Berani dan berjuang” dua kata itulah yang sudah saya lakukan, sebelum kemudian saya bisa mewujudkan salah satu impian saya saat ini, yaitu menerbitkan buku fiksi. Dan bisa dikatakan bahwa Mariana, Perempuan yang Selalu Menolak Cinta dan Cerita-cerita Lainnya adalah buku fiksi pertama saya, yang secara resmi, telah terbit pada Agustus 2016 ini. Buku fiksi yang utuh hanya berisikan karya saya semata. Sebelumnya, beberapa karya cerpen saya memang sudah ada yang dibukukan dan saya pun telah menulis 4 buah buku non-fiksi bertemakan inspirasi bisnis yang daftar bukunya bisa dilihat di sisi kanan blog ini.

7 Comments

Resign Saja Kalau Memang Sudah Saatnya

Sumber gambar: enkivillage.com

Hari Rabu di pertengahan bulan April 2016 sedikit lebih gerah daripada beberapa hari sebelumnya. Hari itu matahari memang lebih terik dan tak ada gumpalan awan mendung sepanjang mata memandang. Dua hari yang lalu pun seingat saya hujan sempat kembali menyapa Jakarta, tetapi tidak hari itu.

Di hari yang gerah itu, dua jam sebelum waktu istirahat makan siang, saya kedatangan seorang kerabat yang pernah berada satu kantor dengan saya. Ia mengunjungi saya dan kami mulai membicarakan beberapa hal. Salah satu di antaranya adalah urusan pekerjaan. Dan entah mengapa, selama kami saling berbagi pengalaman hari itu tekad kami untuk resign pun semakin bulat.

5 Comments

[Cerpen] Mata Air dari Negeri Hujan

Gambar: arenadaerah.blogspot.com

“Apa kau pernah mendengar tentang Negeri Hujan?”

Begitulah seorang pria yang muncul entah dari mana tiba-tiba saja bertanya kepadaku ketika aku hendak menyeruput kopiku untuk kali terakhir di warung Khasim. Ah, sial, rutukku dalam hati. Apakah hal seperti ini harus menimpaku lagi? Seingatku, tempo hari jauh sekali seorang pengelana juga pernah datang padaku dan bertanya, apakah aku pernah mendengar tentang Negeri Senja? Dan ia pun mulai berkisah padaku tentang Matahari yang Tidak Pernah Terbenam di Negeri Senja1 selama hampir satu malam penuh. Hasilnya, setelah mendengar ceritanya hingga tandas aku pun seketika mengantuk sehingga lupa untuk memeriksa keadaan kampungku. Untungnya malam itu tak ada penyamun yang sedang beraksi di kampungku. Tak ada sapi atau kambing warga yang hilang.

Dan malam ini, ketika aku baru saja hendak berkeliling guna memeriksa keadaan kampungku, seorang pria tiba-tiba saja muncul entah dari mana dan bertanya apakah aku pernah mendengar tentang Negeri Hujan. Apakah aku harus mendengarkan kisahnya―yang entah bualan atau bukan―tentang Negeri Hujan, atau aku tak perlu mendengarkan apa-apa dari lelaki itu dan langsung pergi saja untuk menunaikan tugasku―memastikan bila keamanan kampung terjamin? Tetapi, sejujurnya aku belum pernah sekalipun mendengar tentang Negeri Hujan. Lagi pula, aku penasaran, seberapa menarik kisah tentang Negeri Hujan ini? Dan apa yang membuat Negeri Hujan begitu istimewa sehingga lelaki itu mau bersusah-susah berdongeng tentang Negeri Hujan kepadaku? Aku kira tak mengapa bila mendengar kisahnya lebih dulu sebelum aku memutari kampong yang sunyi ini. Lagi pula, sekarang masih pukul 11 malam.

4 Comments

Seperti Biasa, Aku Mengaguminya

Pangandaran, 6/2/2016

Aku tak suka menerka-nerka,
tapi bila senja dapat bertahta
indah disanding gelap,
maka biarlah demikian adanya
hingga gelap benar-benar gulita.

Garis khatulistiwa tak lebih pembatas
aku mengagumi setiap incinya.
Setiap warnanya adalah kepastian,
sedang aku bentuk lain kebodohan.

Pada hari yang sama aku menatap senja,
elok seperti biasanya.
Aku mengaguminya,
seperti biasanya.
Namun senja tak pernah tahu itu,
tak peduli pula,
seperti biasanya.

3 Comments

Rindu - Novel yang Menjawab 5 Pertanyaan dari 5 Tokoh yang Ada


“Apalah arti memiliki,
Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?”

Apalah arti kehilangan,
Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan,
Dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan?
Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”

Itu adalah bunyi dari penggalan kalimat yang terdapat di sampul belakang novel Rindu (2014) gubahan Tere Liye. Jujur, ini adalah novel pertama Tere Liye yang saya baca meski namanya sudah tak lagi asing di telinga saya. Tetapi entah mengapa, ketika melihat novel miliknya ini, ada ketertarikan besar dalam diri saya untuk membelinyalain hal ketika melihat novelnya yang sudah terbit sebelum-sebelumnya.

2 Comments

Perempuan dengan Pesona Senja

Foto: 7-themes.com

Ini tentang dia,
Perempuan yang terlahir memesona
Ini masih tentang dia,
Perempuan menawan meski tak bermahkota
Dan akan terus tentang dia,
Perempuan bermata teduh yang tak lesap meski didera prahara

Dia mampu berjalan lurus di tengah gelapnya dunia,
Dia mampu mendaki meski pundaknya memikul sejuta beban,
Dia tak pernah tersesat meski berjalan di dalam gua yang gulita sendirian,
Dia pernah terluka tapi tak sampai menangis,

Suaranya bagai dawai biola di tengah orkestra
Senyumnya bagai hamparan langit yang lazuardi
Sorot matanya bagai air nan tenang di tengah sunyinya danau

Ketika dia bicara maka pesonanya kian bertambah
Ketika dia bersedih maka bumi pun turut hanyut dalam pilu
Ketika dia tersenyum maka ribuan putri malu akan kuncup
Ketika dia tertawa maka senja akan lama tenggelam

Ini masih tentang dia,
Perempuan yang terlahir menawan
Ini teruntuk dia,
Perempuan sahaja yang kian kupuja

Dia adalah perempuan dengan sejuta pesona
Dia adalah perempuan dengan seribu enigma
Dia adalah Hawa yang kembali menjelma
Dia adalah perempuan yang memiliki nama...

Tapi biarkan aku yang menyimpan sendiri namanya.
Agar tak ada siapa pun yang menyadari keindahannya meski teman dekatnya sekalipun,
Agar tiada lagi yang memujanya.
Agar tiada lagi yang bisa menyakitinya.
Agar hanya aku seorang yang bisa memujanya

Berlama-lama...

7 Comments

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.