Setitik Hujan yang Kurindu

Entah mengapa hujan selalu senang membawa serta suasana sendu bersamanya, ketika ia menitik membasahi bumi. Entah mengapa hujan juga selalu menyisakan bulir-bulir bening pada dedaunan dan pada mahkota-mahkota bunga, ketika ia sirna dari dunia. Meninggalkan jejak-jejak alaminya.

Aku selalu suka hujan yang turun di tengah kemarau. Semerbak aroma tanah yang terkesan alami akan selalu menjelma menjadi aroma yang menyejukkan. Membuat hidung tak bosan-bosan menghela. Membuat dada kembali merasakan kesegaran. Tapi, aku akan benci hujan ketika ia membawa serta angin kencang bersama dirinya. Membuatku tak bisa berbuat banyak untuk sekedar bermain bersamanya, menari-nari di bawahnya, dan membuatku tak bisa merentasnya saat akan bertemu denganmu.
Aku selalu suka hujan yang menitik di tengah malam. Karena pagi hari akan selalu sejuk setelahnya. Pagi yang biru dengan menyisakan embun yang masih lekat di kaca-kaca jendela, daun-daun, dan mahkota-mahkota bunga. Tapi, aku selalu benci bila hujan membawa serta petir bersamanya. Membuatku selalu terjaga. Petir tak pernah ramah. Ia juga tak pernah menyenangkan. Tak seperti hujan, petir selalu membawa petaka. Suaranya akan menggelegar memekakkan gendang telinga. Menggetarkan kaca jendela. Membelah langit hingga hujan semakin deras menerpa.

Ada lagi yang paling kubenci dari hujan. Ia juga selalu membawa serta rindu bersamanya.

Kita selalu berbeda. Tapi, entah bagaimana kita selalu bisa bersama.
Kamu begitu benci dengan pedas, tapi aku begitu suka bila harus berkeringat karena rasa itu.
Aku tak pernah suka es krim karena dingin selalu membuat gigiku ngilu. Tapi, kamu malah menggigitnya tanpa ragu.
Kamu selalu suka berlama-lama ketika sedang membasuh tubuhmu. Tapi, aku benci tiap kali harus menunggumu selesai melakukan itu.
Aku selalu suka hujan yang turun bersamaan dengan damai. Tapi, kamu selalu lebih suka pelangi yang datang setelahnya.
Kamu tak pernah sekalipun menyukai musik metal. Tapi, bagiku itulah musikku.

Lihatlah bagaimana berbedanya kita. Tapi, entah bagaimana kita selalu bisa bersama. Bersama untuk saling tertawa. Bersama untuk saling menggenggam. Bersama untuk saling berbagi kesedihan. Bersama untuk saling menari-nari di atas genangan air sehabis hujan. Bersama untuk saling berbagi pelukan. Bersama untuk saling memberi kejutan. Bersama untuk saling berkata hanya lewat tatapan.

Mungkin perbedaan adalah warna yang menyatukan kita. Tapi, apa kamu percaya soal perbedaan yang menyatukan? Bagiku bukan peredaan-perbedaan itu yang membuat kita selalu bisa bersama. Ya, kita. Aku dan kamu. Bagiku ada sesuatu yang lebih dari sekedar perbedaan yang membuat kita selalu bisa bersama. Bagiku ada magis lain yang membuat kita selalu bisa bersama. Ya, setidaknya itu bagiku. Entah bagaimana menurutmu. Aku tak pernah sekalipun tahu pendapatmu tentang itu. Tentang perbedaan-perbedaan kita. Tantang kebersamaan kita. Karena kamu terlanjur sirna bersamaan dengan waktu sebelum aku sempat bertanya. Sirna bersamaan dengan kemarau yang berkepanjangan sebelum aku sempat mengucapkan kata 'sampai jumpa'. Sirna bersamaan dengan hilangnya hujan dari muka bumi sebelum aku sempat menari bersamamu di bawah hujan.
Itulah mengapa aku selalu merindukan hujan. Aku selalu rindu pada suasana sendu yang dibawa bersama hujan. Aku selalu rindu pada kerinduan yang dibawa serta oleh hujan. Pada setiap bulir yang menitik dari langit. Ada setitik hujan yang selalu kurindu.

Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

Leave a Reply

Thanks karena udah mau mampir untuk membaca tulisan-tulisan gue di sini. Thanks juga buat yang udah mau berkomentar di comment box ini. Grazie!

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.