Rindu - Novel yang Menjawab 5 Pertanyaan dari 5 Tokoh yang Ada


“Apalah arti memiliki,
Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?”

Apalah arti kehilangan,
Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan,
Dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan?
Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”

Itu adalah bunyi dari penggalan kalimat yang terdapat di sampul belakang novel Rindu (2014) gubahan Tere Liye. Jujur, ini adalah novel pertama Tere Liye yang saya baca meski namanya sudah tak lagi asing di telinga saya. Tetapi entah mengapa, ketika melihat novel miliknya ini, ada ketertarikan besar dalam diri saya untuk membelinyalain hal ketika melihat novelnya yang sudah terbit sebelum-sebelumnya.
Dan harus diakui, saya langsung terpikat oleh gaya menulis Tere Liye sejak membaca halaman pertama novel ini.

Novel Rindu sendiri berlatarkan tahun 1938 atau ketika Indonesia masih berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda dan masih menggunakan nama Hindia Belanda. Benih perang dunia II mulai tampak. Di kawasan Asia Pasifik, Jepang dan China terlibat perang besar memperebutkan Kanton dan Shanghai.

Namun sebagaimana yang dituliskan oleh Tere Liye di halaman kedua novelnya, kisah di novelnya ini bukanlah tentang hal-hal besar itu. Ini kisah tentang perjalanan. Dan sebagaimana lazimnya sebuah perjalanan, selalu disertai dengan pertanyaan-pertanyaan. Demikianlah yang ditulisnya.

Novel Rindu ini berkisahkan tentang perjalanan sekelompok manusia yang ingin menunaikan ibadah haji dengan menumpang kapal bernama Blittar Holland. Dimulai dari Makassar, kota yang menjadi persinggahan  pertama Blittar Holland sekaligus kota bagi tokoh-tokoh yang menyimpan pertanyaan dalam novel ini hadirkecuali Mbah Kakung. Dan sebagaimana yang sudah dibocorkan oleh Tere Liye di awal, perjalanan itu sendiri akan menjawab 5 pertanyaan besar. Tentunya, 5 pertanyaan itu akan berasal dari 5 tokoh yang berbeda.

Kekaguman saya terhadap novel ini yang pertama adalah bagaimana cara Tere Liye menghidupkan cerita yang sebetulnya berada di ruang lingkup yang begitu kecil, yakni di dalam sebuah kapal dengan perjalanan panjang yang ditempuh. Boleh jadi, tokoh kakak-beradik Elsa dan Anaanak Daeng Andipatisengaja diciptakan Tere Liye dalam novel ini agar dapat menghidupkan ‘suasana’ dengan ‘memanfaatkan’ kepolosan dan keceriaan anak-anak pada umumnya.

Meskipun ada beberapa bagian di novel ini yang dituliskan berulang-ulang (seperti kegiatan sarapan di kantin, makan siang di kantin, Ana dan Daeng Andipati yang selalu menyapa Ambo Uleng, pelajaran mengaji, dsb.) dengan persissebab memang itulah kegiatan sehari-hari para tokoh di kapal itu, namun Tere Liye mampu tetap ‘menghidupkan’ suasana dengan melahirkan hal-hal baru meski tak berpengaruh besar pada kelanjutan cerita di novel ini.

Kekaguman saya yang kedua adalah Tere Liye cerdas dalam memilih dan membangun karakter tokoh di novel Rindu ini. Entah bagaimana dengan novelnya yang lain atau apakah memang itu sudah menjadi keahlian Tere Liye, sejujurnya saya belum tahu, sebab novel ini adalah novel pertama Tere Liye yang saya baca.

Salah satu tokoh yang menurut saya sangat menarik di novel ini adalah Ambo Uleng. Pelaut Bugis yang pernah menjadi juru kemudi kapal Phinisi sebelum kemudian melamar menjadi Kelasi di Blitar Holland, tepat sebelum keberangkatan kapal itu dari Makassar, digambarkan sebagai tokoh yang introver. Bahkan, dalam novelnya, Tere Liye menuliskan bila keputusan Ambo Uleng ingin bekerja di Blittar Holland tidak lain sebab ia ingin pergi jauh. Ke mana pun, asalkan bisa pergi jauh, itulah tujuannya. Ia seolah ingin menghindar dari sesuatu yang amat menyiksanya dan ingin segera melupakannya dengan pergi sejauh mungkin. Tapi apa itu? Sebetulnya saya sudah mengira bila urusannya tidak jauh dari perasaan, tapi tentu saja, untuk mengetahuinya saya diharuskan membaca novel ini hingga tuntas.

Tokoh berikutnya yang paling kuat karakternya di novel ini tentu saja Gurutta Ahmad Karaeng. Seorang ulama termasyhur dari tanah Makassar. Dan lewat tokoh inilahsaya rasaTere Liye mencoba menyampaikan gagasannya kepada pembaca. Inilah salah satu kecerdasan Tere Liye. Lewat tokoh seorang ulama yang dibangunnya, maka pembaca pun tak merasa digurui dengan apa yang coba disampaikan oleh penulis. Dengan begitu, pesan yang disampaikan pun tak perlu bertele-tele dan secara mantap dapat langsung dipahami oleh pembacameski belum tentu akan diterima sepenuhnya.

Kendati demikian, Tere Liye tak melupakan sisi ‘kelemahan’ dari seorang tokoh Gurutta. Itulah mengapa Gurutta Ahmad Karaeng yang bisa menjawab segala macam pertanyaan dan memberikan jalan keluar bagi siapa pun, juga memiliki pertanyaan yang disimpannya sendiri selama perjalanan. Pertanyaan yang tak bisa dijawabnya seorang diri.

Itulah yang membuat sayasebagaimana pembacabisa menerima apa yang disampaikan Tere Liye lewat karakter Gurutta tanpa merasa sedang diceramahi atau digurui. Bahkan saya merasa bila apa yang disampaikan itu benar-benar dari seorang ulama termasyur yang begitu bijaksana. Bukan dari seorang penulis fiksi.

Baiklah, saya rasa sudah tiba untuk menyampaikan 5 jawaban atas 5 pertanyaan yang hadir dalam novel ini. Pertama datang dari Bonda Upe. Tokoh ini dikisahkan memiliki masa lalu yang kelam. Ia pernah dijadikan sebagai bahan taruhan oleh ayahnya yang suka judi, hingga akhirnya ia pun terpaksa menjadi seorang wanita penghibur di Batavia. Namun akhirnya ia berhasil lepas dari jeratan itu setelah teman semasa kecilnyayang menjadi suaminya kelakmenjemputnya. Tepatnya membawanya lari. Mereka pun memulai hidup baru di Pare-Pare. Tapi, sayangnya, Bonda Upe yang juga dikenal sebagai Ling Ling ini belum benar-benar bisa melepaskan diri dari jeratan masa lalunya. Sehingga membuatnya benar-benar tertutup sebab takut bila ‘rahasia’nya di masa lalu akan terungkap.

Dan sebagaimana yang ditakutkannya. Ketika kapal Blittar Holland berlabuh di Batavia, Bonda Upe kembali disapa oleh seseorang dari masa lalunya: seseorang yang tidak lain temannya dulu yang masih menjadi wanita penghibur. Sejak hari itu, ia pun mengurung diri di kabinnya sebab merasa bila jati dirinya hampir saja diketahui oleh orang banyak. Apalagi bila ia mengingat perbuatan dosa di masa lalunya. Bahkan sebab kenangan pahit dan dosa di masa lalunya, ia merasa begitu takut bila Allah tidak akan menerimanya di Tanah Suci nanti.

Maka ia pun baru bisa melepaskan semua setelah Gurutta menjawab pertanyaannya. Bila disimpulkan, jawaban Gurutta adalah:

“Berhenti lari dari kenyataan hidupmu. Berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.”

Kedua, tanpa diduga pertanyaan justru datang dari Daeng Andipati, seorang pedagang kaya dari tanah Makassar yang hidup begitu tentram bersama seorang istri dan dua anak. Namun, rupanya ia memiliki masa lalu yang menyebalkan. Kendati ayahnya adalah pedagang kaya terpandang, namun sebetulnya ayahnya begitu ringan tangan terhadap keluarganya sendiri. Ibunyalah yang sering menjadi korban amukan ayahnya, hingga akhirnya meninggal setelah lama jatuh sakit. Dan sejak ibunya meninggal, keluarga mereka pun mulai tercerai berai. Kakak-kakak Daeng Andipati memutuskan pergi jauh dari rumah. Begitu pun dengan Daeng Andipati yang memilih menempuh pendidikan ke Belanda.

Dendam dan benci, begitulah rasa yang disimpan Daeng Andipati beserta kakak-kakaknya terhadap perilaku ayahnya. Bahkan, selepas ayahnya meninggal pun Daeng Andipati masih begitu membenci ayahnya. Pun dengan saudara kandungnya. Dendam itulah yang kerap membuat Daeng Andipati uring-uringan. Tak tenang. Namun, kendati demikian ia tak sama seperti ayahnya. Ia tak ringan tangan seperti ayahnya. Hingga akhirnya ia pun menemukan titik terang setelah mendapatkan jawaban dari Gurutta. Demikian bunyinya:

“Berhenti membenci ayahmu, karena kau sedang membenci diri sendiri. Berikanlah maaf karena kau berhak atas kedamaian dalam hati. Tutup lembaran lama dalam coretan keliru, bukalah lembaran baru. Semoga kau memiliki lampu kecil di hatimu.”

Pertanyaan ketiga datang dari Mbah Kakung Selamet, jama’ah haji yang naik dari pelabuhan Semarang bersama dengan istri dan seorang anak sulungnya. Usianya 80 tahun. Mbah Kakung dan Mbah Putri dikenal oleh rombongan Daeng Andipati sebagai pasangan paling romantis di kapal ini. Bahkan, sekalipun pikun, Mbah Kakung masih ingat betul bagaimana kisahnya dengan Mbah Putri bermula. Dan perjalanan haji itu merupakan yang paling mereka tunggu-tunggu. Sebab itu menjadi tujuan mereka, menghadap Masjidil Haram sambil bergandeng tangan berdua.

Namun, sayangnya, di tengah perjalanan, Mbah Putri yang sempat sakit akhirnya menghembuskan napas terakhir ketika sholat Subuh berjamaah di kabin. Sebab di tengah lautan, maka jasadnya pun terpaksa dimakamkan dengan cara ditenggelamkan, sebagaimana pemakaman ala pelaut. Sejak hari itu, Mbah Kakung menjadi murung. Cahaya hidupnya seolah redup. Kisah romantisnya telah usai. Ia bahkan tak lagi bisa makan seperti biasa. Hingga akhirnya anak sulungnya meminta bantuan pada Daeng Andipati yang diteruskan ke Gurutta. Maka Gurutta pun memberikan jawaban atas pertanyaan Mbah Kakung, yang disimpulan menjadi demikian:

“Pertama, yakinilah bahwa kematian Mbah Putri adalah takdir Allah yang terbaik. Yang kedua, biarkan waktu mengobati semua kesedihan. Yang ketiga, lihatlah penjelasan ini dari kacamata yang berbeda.”

Pertanyaan keempat pun datang dari Ambo Uleng. Pada akhirnya, tokoh yang digambarkan pendiam ini membeberkan segalanya kepada Gurutta. Rupanya, kegundahan hati Ambo Uleng datang karena harapannya untuk meminang gadis tercinta telah dirasa pupus. Ia yang hanya seorang juru kemudi kapal telah jatuh cinta kepada seorang gadis yang tidak lain adalah anak pemilik kapal, anak majikannya sendiri. Dan parahnya, rupanya gadis yang dicintainya itu telah dijodohkan. Mengetahui hal itu, Ambo Uleng pun memutuskan untuk menghadap majikannya, ia ingin meminang gadis itu sebab tak ingin kehilangan. Tapi tentu saja, pinangannya ditolak mentah-mentah. Bahkan Ambo Uleng diminta oleh ibu dari gadis itu untuk mengikhlaskan anaknya. Sebab, perjodohan itu sudah direncanakan lama.

Demikianlah kegundahan hati Ambo Uleng hingga akhirnya ia memutuskan melamar menjadi Kelasi di Blittar Holland. Dan tibalah waktunya bagi Gurutta untuk menjawab pertanyaan yang selama ini dipendamnya. Jawaban itu bila diringkas demikian berbunyi:

“Kau pemuda malang yang terpagut harapan, terjerat keinginan memiliki, dan terperangkap kehilangan orang yang kau sayangi. Apakah cinta sejati itu? Maka dalam kasusmu ini cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Aku tahu, kau akan protes, bagaimana mungkin? Kau bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami para pencinta. Mereka tidak pernah mau memahami penjelasannya, tidak bersedia.

Hei Ambo, kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.”

Dan untuk pertanyaan terakhir, pertanyaan kelima, justru datang dari Gurutta Karaeng sendiri. Pertanyaan itu tidak lain adalah tentang kemunafikan yang dirasakannya sendiri. Tentang ketakutannya untuk turun ke medan perang demi membasmi kebatilan, menghapus penjajahan, merebut kemerdekaan. Sementara ia telah banyak menulis buku tentang kemerdekaandan yang terbaru adalah buku berjudul Kemerdekaan adalah Hak Segala Bangsa yang dituntaskannya di atas kapalnamun ia begitu takut untuk meletuskan peperangan sebab kenangan pahit di masa silam. Gurutta Karaeng pernah kehilangan dua orang yang dicintainya hanya dalam satu malam, yakni seorang guruyang selalu di garda terdepan melawan Belandadan gadisanak gurunya sendiriyang akan dipinangnya. Dan sejak saat itu, ia tak mau lagi kehilangan orang-orang yang disayangi.

Hingga di suatu malam, jawaban untuk dirinya pun justru datang dari Ambo Ulengseorang pelaut Bugis yang baru belajar agama beberapa hari belakangantepat ketika kapal diambil alih oleh perompak Somalia dan mereka yang selamat merencanakan serangan balik. Perkataan Ambo Uleng yang menjawab pertanyaan Gurutta adalah:

“Aku tahu, sejak kejadian di Aceh, meninggalnya Syekh Raniri dan Cut Keumala, sejak saat itu Gurutta berjanji tidak akan menggunakan kekerasan lagi. Melawan lewat kalimat lembut, tulisan-tulisan menggugah, tapi kita tidak bisa mencabut duri di kaki kita dengan itu. Kita harus mencabutnya dengan tangan. Sakit memang, tapi harus kita lakukan.”

Demikianlah pertanyaan terakhir yang akhirnya mendapatkan jawaban di atas kapal Blittar Holland yang akhirnya sampai menuju Mekkah dan kembali dengan selamat.

Novel ini patut untuk dibaca. Tere Liye mampu membuat saya larut dalam setiap ceritanya. Bahkan lewat ‘bocoran-bocoran’ di beberapa bagian plotnya, berhasil membuat saya penasaran dan terus ingin membacanya hingga tuntas. Bacalah, dan kalian akan merasakan ‘Rindu’ yang berbeda. Mungkin rindu akan novel-novel yang serupa.

Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

2 Responses to Rindu - Novel yang Menjawab 5 Pertanyaan dari 5 Tokoh yang Ada

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus
  2. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus

Thanks karena udah mau mampir untuk membaca tulisan-tulisan gue di sini. Thanks juga buat yang udah mau berkomentar di comment box ini. Grazie!

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.