Agak Risih dengan Urinoir Otomatis

Nggak bisa dipungkiri lagi kalau yang namanya kemajuan teknologi itu semakin pesat. Dari mulai laptop yang menggunakan sensor retina, pendingin ruangan yang bisa menditeksi keberadaan orang, hingga pintu otomatis yang terbuka sendiri ketika seseorang akan masuk atau keluar. Apa ada kesamaan dari kemajuan teknologi yang gue sebutin barusan? Yap! Sensor. Benda-benda atau teknologi yang gue sebutin tadi memiliki kecanggihan yang terletak pada sensornya. Tentunya kalian udah nggak perlu dijelasin lagi dong ya tentang apa itu 'sensor'? Nah, gue punya pengalaman tersendiri tentang sebuah teknologi yang menggunakan sensor sebagai kelebihannya.

Jadi gini. Gue waktu itu pengin nonton film dengan temen-temen gue di XXI Cipinang Mall. Nah, hal pertama yang gue lakuin setelah godain security dan mesen tiket yaitu gue pergi menuju kamar mandi untuk buang air kecil. Sesampainya di kamar mandi gue langsung menghampiri temen lama gue, urinoir. Tahukan apa itu urinoir? Buat kaum hawa wajar kalau nggak tahu, tapi buat kaum adam kebangetan kalau sampai nggak tahu. Ya udah biar yang tahu makin tahu dan yang nggak tahu jadi tahu, gue kasih liat aja penampakannya ya! Tuh!


Urinoir
Nah, itu tuh temen lama gue, si urinoir! Udah tahukan sekarang? Oke, gue akan lanjut cerita ya. Waktu itu karena gue udah lama nggak ketemu temen gue ini, ya gue langsung aja nyamperin si urinoir dan ngobrol-ngobrol sama dia. Waktu itu gue cukup lama ngobrol sama dia. Biasalah, namanya juga temen lama yang baru ketemu lagi. Terus selesai gue ngobrol dan curhat seputar mantan-mantan gebetan gue yang bisa hidup bahagia tanpa gue dan seputar hiruk pikuknya kehidupan gue, dengan santainya gue pun kemudian mengangkat sebelah kaki gue sebelum akhirnya gue membuang beberapa urin gue ke urinoir itu. Setelah puas mengencingi dia, gue pun berniat untuk cebok. Nah! di sinilah gue baru sadar ada yang berbeda dengan temen gue ini. Awalnya gue nggak begitu ngeh, tapi pas gue sadar nggak ada satupun tombol untuk bikin air mengalir gue pun menghela napas. Iya, gue sadar kalau ternyata temen lama gue ini udah di upgrade! Alias diperbaharui. Doi jadi urinoir otomatis. Kira-kira sekarang gini bentuknya.

Urinoir Otomatis
Tuh, beda, kan? Sekarang dia nggak pake tombol-tombolan lagi untuk ngeluarin airnya. Di sinilah gue mulai risih. Risih? Risih kenapa? Kan cukup ditinggal pergi terus nanti si urinoir itu bakal nyiram dirinya sendiri. Jadi nggak ribet, kan? Iya, sih memang nggak ribet. Tapi masalahnya gue itu paling risih kalau habis buang air kecil tapi nggak cebok. Jorok gilak! Apalagi kencing itukan termasuk kategori najis. Nah, karena gue nggak mau 'kotor' karena setetes air kencing gue sendiri, gue pun minta tolong ke temen gue yang saat itu ke toilet barengan sama gue untuk mengambil beberapa lembar tisu toilet. Kali ini gue minta tolong ke temen gue yang benerang orang bukan urinoir. Untungnya temen gue waktu itu baik banget. Dia menolak nolongin gue buat ngambil beberapa lembar tisu karena dia sendiri juga nggak cebok sehabis kencing di sebelah gue. Temen gue ini memang menganut kesetia kawanan. Jadi, kalau satu kena najis, ya yang lain kudu kena juga. Dan kali ini gue korbannya. Karena waktu itu gue nggak mungkin jalan dalam keadaan 'burung' gue keluar dari sarangnya, ya terpaksa gue basuh ujung paruh 'burung' gue dengan tangan gue sendiri. Selesai itu gue langsung cuci tangan sebersih-bersihnya.

Nah, kalau dari cerita gue di atas sebenernya sih gue cuma mau bilang aja kalau urinior otomatis ini bikin gue risih sendiri. Kenapa? Sekarang gini, ya. Gue yakin apapun agama yang lo yakini, dari manapun lo berasal, dan siapapun orang tua lo, pastinya lo diajarin dong untuk hidup 'bersih' ya, kan? Apalagi air kencing itukan termasuk golongan najis. Karena gue seorang muslim jadi gue akan berpacu pada hadits di bawah ini:

Hadits Abu Hurairah riwayat Bukhary-Muslim dan hadits Anas riwayat Muslim tentang kisah A’roby (orang pedalaman) yang kencing di mesjid kemudian Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa sallam memerintahkan para shahabat untuk mengambil satu timba besar berisi air lalu menuangkannya di atas kencing A’roby tersebut.
Sisi pendalilan dari hadits ini adalah bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa a lihi wa sallam memerintahkan supaya menuangkan air di atas kencing tersebut untuk mensucikan tempat itu. Ini menunjukkan bahwa kencing manusia adalah najis.

Seperti yang dijelasin di atas kalau kencing manusia itu najis. Jadi wajar dong kalau gue risih dengan urinoir otomatis itu. Masalahnya sekalipun kita (pria) udah disunat, tapi kita nggak mungkin bisa bener-bener bersih dari air kencing kita sendiri sebelum kita cebok. Atau minimal mengusap ujung kemaluan kita dengan tisu, kertas, ataupun dengan daun. Inget, setetes air kencing yang tersisa pun itu tetap disebut najis lho. Itulah alasan kenapa gue bisa risih dengan teknologi yang satu ini.

Dan selain itu yang gue heran adalah pihak pengelola yang nggak memberikan sabun atau tisu untuk pengguna yang setidaknya bisa diletakkan di sebelah urinoir otomatis itu. Apa jangan-jangan para pengelola yang tergolong kalangan atas itu termasuk orang yang jorok? Atau orang yang hanya peduli dengan teknologi yang canggih hingga lupa dengan sebuah kebiasaan kita, yaitu kebersihan. Seperti yang banyak orang bilang jika kebersihan itu sebagian dari iman. Jika anda tak bersih dari najis berarti anda tergolong orang yang tak beriman. Hiiihhh! Nggak mau pastinya, kan?

Buat gue pribadi sih, sebenarnya gue suka banget dengan yang namanya kemajuan teknologi. Untuk itulah sekarang gue menggunakan laptop untuk mengetik, smartphone sebagai alat komunikasi, dan Angelina Jolie sebagai aktris favorit gue. Tapi untuk yang satu ini gue merasa keganggu banget. Paling tidak seharusnya pihak pengelola paham betul kalau kita ini tinggal di negara yang mengenal istilah 'kebersihan'. Nggak cuma umat muslim. Gue yakin buat umat nasrani, hindu, budha, dsb. juga menjunjung tinggi yang namanya kebersihan diri dari najis.

Nah, untuk itulah mulai sekarang setiap kali gue masuk toilet pria dan melihat ada urinoir di sana. Hal yang pertama gue lakukan setelah curhat adalah memastikan bila dia bukan urinoir otomatis. Kalau dia termasuk golongan urinoir otomatis maka gue akan menyiasatinya dengan cara mengambil selembar tisue toilet dulu sebelum gue kencing. Atau kalau perlu gue langsung masuk ke toilet yang berkloset. Itupun kalau lagi nggak ngantri.

Oke. Kayaknya segini dulu uneg-uneg yang gue curahkan dan gue share di sini. Oh, iya menurut kalian gimana dengan urinoir otomatis yang ada sekarang ini? Apakah kalian juga merasakan kerisihan yang sama kayak yang gue rasain sekarang? Atau mungkin kalian punya pengalaman yang lain berkaitan tentang unrinoir otomatis? Pokoknya apapun itu share aja di comment box gue ini, ya! :))

Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

4 Responses to Agak Risih dengan Urinoir Otomatis

  1. Jika udah kencing ya geser ke kiri ato kekanan dikit... Pasti airnya tuch ngalir.... Tapi cari urinoir yg pojokan biar nggak keliatan sama yg lain kalau geser badan...hehehehhee...

    BalasHapus
    Balasan
    1. cara kerja sensor optik,tempel layar hp yg nyala atau material yg mengkilat(cermin/jam) di depan sensor,maka sensor urin akan mengeluarkan air

      Hapus
    2. Barusan ane coba, dan gagal bro.. :(

      Hapus
  2. Jika udah kencing ya geser ke kiri ato kekanan dikit... Pasti airnya tuch ngalir.... Tapi cari urinoir yg pojokan biar nggak keliatan sama yg lain kalau geser badan...hehehehhee...

    BalasHapus

Thanks karena udah mau mampir untuk membaca tulisan-tulisan gue di sini. Thanks juga buat yang udah mau berkomentar di comment box ini. Grazie!

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.