Pernahkah kamu merasa takjub dengan benda bulat berwarna
putih di atas sana? Kini aku sedang memandanginya, mengaguminya yang sedang
benderang. Benda itu selalu tergantung di atas sana, putih, dan
sempurna. Benda itu selalu nampak dekat, namun begitu susah untuk
kudapat.
Pernahkah kamu merasakan damai dengan suasana yang begitu sunyi? Saat ini aku sedang mencobanya. Berharap tak ada apapun yang
mengganggu, sekalipun itu bunyi jangkrik yang kadang terdengar merdu. Sunyi ini selalu mendekapku erat tanpa ada niat untuk
melepas. Sunyi ini selalu terdengar damai, namun sebenarnya begitu
menyeringai.
Aku terjungkal dari dahan pohon yang begitu rapuh. Terjatuh di antara jerami-jerami yang tak tertumpuk satu. Tubuhku tenggelam hingga terkubur pada gundukan tanah yang
keras layaknya batu. Yang terkubur bukanlah ragaku, tapi jiwaku, bersamaan dengan
romansaku.
Pernahkah kamu berpikir bila dunia tak pernah
menginginkan kehadiranmu? Mungkin itu yang membuatku kalut saat ini. Pernahkah kamu merasa bila tak ada yang peduli dengan
hidupmu? Mungkin itu yang terlintas di benakku saat ini. Suaraku selalu lantang berorasi, namun itu hanya di dalam
jiwaku. Pekikku selalu lantang berelegi, namun itu hanya jeritan
hatiku.
Jiwaku terkubur, dan ragaku bergerak tanpa ada benang yang
mengendalikannya. Liar, tak terkendali, namun begitu kosong. Tak kenal bersedih, menangis, maupun duka, tapi begitu
hampa. Ragaku dapat bergerak tanpa kenal arah, namun sukmaku
terkekang, menunggu untuk menjadi arang.
Ragaku bebas, namun tidak dengan jiwaku. Suaraku mampu untuk berseru, namun tidak dengan hatiku. Lalu, apa bedaku dengan boneka yang selalu nampak tersenyum
malu? Mungkin aku hanyalah hantu.
Mungkin itulah aku...
Itulah aku bagimu...