[Cerpen] Mewujudkan Impian (@NarutoINA)

Teet!! Teet!! Teet!! Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan waktunya istirahat tiba. Seperti biasa, kalo udah waktunya istirahat maka waktunya juga bagi ‘mereka’ untuk melakukan hal-hal yang absurd lagi. 9 anak dengan kepribadian dan pemikiran yang berbeda-beda. 9 anak yang memiliki kelebihan dan kecacatan mental sendiri-sendiri. Dan 9 anak yang memiliki mimpi yang sama yaitu, akan selalu bersama hingga tua nanti. Mereka adalah Shaf, Onta, Ajp, Restu, Wiki, Ozy, Uchiha, Yoko dan Qonit. Mungkin jumlah mereka memang lebih banyak dibandingkan Sm*sh dan masih lebih sedikit jika dibandingkan JKT48, tapi mimpi mereka memang bukanlah membentuk sebuah anggota boy band maupun gir band. Atau membentuk sekelompok anggota kasti maupun sekelompok tim bola bekel. Tapi mereka punya mimpi untuk membentuk sebuah komunitas pecinta sebuah anime. Ya. Sebuah komunitas pecinta anime Naruto yang mereka beri nama @NarutoINA. Jeng jeng jeng!! Duktek duktek dess.. *Ceritanya backsound*

Cerita ini berawal ketika sekumpulan anak-anak idiot ini sedang berkumpul di basecamp saat jam istirahat berlangsung. Basecamp mereka berada di samping lapangan sekolah mereka. Lebih tepatnya di bawah pohon cerry yang ada di sisi lapangan sekolah mereka. “Heh! Bengong aja lo. Kesambet setan pohon cerry baru tau rasa lo...” Uchiha mencoba mengagetkan Shaf yang lagi duduk bengong sendirian di bawah pohon cerry (Baca: Basecamp).
“Yeee. Mana ada setan yang ngerasukin cewek manis kayak gue...” Shaf ngibasin rambutnya.
“Bisa aja kali... Kalo setannya mesum gimana?..”
“Haha... Sialan lo!” Shaf memukul bahu Uchiha. “Eh. Yang lain mana?”.
“Masih pada di kantin, bentar lagi juga dateng...”.
Nggak lama kemudian 7 kurcaci pun muncul. “Tuhkan bener pada panjang umur mereka...” Uchiha sambil menunjuk ke arah 7 orang anak yang lagi jalan kayang ke arah mereka berdua. “Ciyeee. So sweet banget sih berduaan aja di bawah pohon cerry...” Qonit yang baru dateng langsung ngegodain Shaf dan Uchiha.
“Apaan sih lo? Baru dateng juga...” Uchiha langsung berdiri.
“Tau lo. Baru dateng juga udah ciye, ciye aja...” Shaf nimpalin.
“Yaudah sih mas nggak usah salting gitu kali...” Ajp nambahin.
“Ih. Siapa juga yang salting?” Uchiha masih mencoba ngeles.
“Terus lu ngapain sekarang ada di atas pohon cerry? Mana sambil makanin daunnya segala...” Ozy ikutan nyamber.
“.............” semua hening dan mulai fokus ke Uchiha yang emang tiba-tiba udah ada di atas pohon cerry.
Semua saling melirik satu sama lainnya, seolah ada niat jahat yang sedang dirancang.
“Tarik kakinya Uchiha!!!” Teriak Onta yang langsung megangin kaki Uchiha.
Merekapun langsung kompak menarik-narik kaki Uchiha yang emang lagi ada di atas pohon cerry. “AAAAAAAA!!!” Uchiha cuma bisa teriak nggak berdaya sambil meganging batang pohon supaya nggak sampe jatuh ke bawah. Tapi apa daya, tarikan teman-temannya jauh lebih kuat dibanding Uchiha yang memaksanya harus jatuh ke bawah.
Seperti biasa, kalo mereka udah ngumpul kayak gini akan banyak hal-hal absurd yang mereka lakuin. Mereka mulai bercanda-canda di bawah pohon cerry. Mencoba menghabiskan jam istirahat dengan semaksimal mungkin dan se-happy mungkin. “Kita bikin komunitas yuk!” tiba-tiba suara Wiki terdengar serius di tengah bercandaan mereka. Sejenak mereka langsung berhenti dari aktivitas nelanjangin Ajp di bawah pohon cerry.
“Komunitas? Apaan?” Yoko penasaran.
            “Ya apa kek yang bisa berguna gitu...” Wiki mulai serius.
            Mereka mulai duduk membentuk lingkaran di bawah pohon cerry.
            “Bukannya kita udah sering ya bikin kayak gitu?” Restu nyoba bicara.
            “Emang kita udah ngebentuk komunitas apa aja deh?” Yoko mencoba membuka lembaran suram yang pernah mereka lakuin. Sejenak mereka mulai nyebutin satu persatu komunitas yang pernah mereka bentuk.
“Komunitas Gangnam Poco-Poco...” sambil naikin celananya Ajp mulai membuka lembaran kelam geng ini. komunitas yang mereka beri nama “Gangnam Poco-Poco” adalah komunitas dance yang mereka bentuk dengan menggabungkan gaya Gangnam Style dengan goyang Poco-Poco yang berakhir dengan kegagalan. Karena Onta yang harus dilarikan ke tukang urut setelah mengalami keseleo dibagian pinggang waktu latihan goyang Gangnam Poco-Poco yang mereka buat. “Itu kelam banget...” Onta jongkok tertunduk lesu sambil main-mainin tanah. Lembaran-lembaran kelam pun mulai terbuka satu-persatu. Seperti terbentuknya komunitas “Chef Bintang Muda” yang harus berakhir karena berhasil membuat mereka mengalami diare selama satu minggu setelah mencicipi masakan buatan mereka sendiri. Hingga komunitas “Bruce Lee Muda” yang mereka buat dan harus berakhir setelah berhasil membuat Yoko dan Ozy cidera cukup serius dan harus dibawa ke ruang UGD. Karena bagian ‘alat vital’ mereka yang terkena double stick (senjata ala Bruce Lee) saat mereka mencoba meniru gaya Bruce Lee yang ada di film-film.
“Bener-bener nggak ada yang berguna ya?” Shaf baru nyadar.
“Terus kita mau bikin komunitas apa nih?” Ozy mulai nanya.
“Yang pasti harus lebih berguna dari sebelum-sebelumnya...” Onta nambahin.
“Pecinta Wonder Girl aja!!! Gimana??” tiba-tiba Qonit teriak dengan gaya sok imutnya.
“.......” semua hening. Semua diam. Yang terdengar hanya suara jangkrik. “Krik, krik. Krik, krik.” Dan suara tukang minyak yang entah dari mana asalnya. “Minyiaaak.. Minyiaaak...”.
Teet! Teet! Teet! Tiba-tiba suara bel terdengar lagi yang menandakan kalo mereka harus kembali ke kelas. “Udah waktunya masuk kelas nih. Kita lanjutin nanti aja abis pulang sekolah. Gimana?” Yoko ngasih intruksi. Mereka semua setuju dan kembali ke kelasnya masing-masing. Selama di kelas, mereka sudah memikirkan komunitas apa yang akan mereka buat. Seperti yang di intruksikan Onta, kalo semua orang harus ngasih saran dan nggak boleh ada yang diem. Itulah yang menjadi nilai plus geng ini. setiap orang yang ada di geng ini harus terlibat tiap kali mereka ingin melakukan sesuatu. Seperti saat ini membuat sebuah komunitas.
Teet! Teet! Teet! Bel sekolah kembali berbunyi yang menandakan kalo waktunya pulang sudah tiba. Yoko yang antusias banget dengan rencana ini udah stand by nunggu teman-temannya di pintu gerbang sekolah. Satu persatu mereka mulai berkumpul di pintu gerbang sekolah. “Mau kita lanjutin di mana nih obrolan kita?” Uchiha nanya.
“Di rumah gue aja yuk!” Shaf nawarin rumahnya.
“Nggak apa-apa nih Shaf?” Restu sok-sokan nanyain.
“Iya nggak apa-apa kok. Kebetulan di rumah cuma ada nyokap aja...”
“Halah.. sok nanya-nanya lo Tu. Biasanya juga seneng banget lo kalo diajak ke rumah Shaf. Biar bisa makan banyak...” Ledek Onta.
“Yee!! Onta kutub berisik!” Restu kesel.
“Yee! Mana ada Onta hidup di kutub bego!”
“Makannya lo doang spesies Onta yang bisa hidup di kutub!”
            Yang lain cuma bisa ketawa ngeliat kelakuan dua anak cacat mental itu lagi pada bercanda.
            “Udah-udah buruan yuk! Biar nggak ke sorean nih...” ajak Yoko. Merekapun mulai pergi menuju rumah Shaf yang kebetulan letaknya nggak jauh dari sekolahan mereka. Lebih tepatnya persis berada di sebrang sekolah.

Seperti biasa, kalo udah main ke rumah Shaf orang pertama yang akan salim ke orang tua Shaf adalah Restu. Itu karena Restu salah satu orang yang paling bahagia tiap main ke rumah Shaf. Karena Restu bisa ngirit duit jajan dan bisa makan gratis sampe kenyang di rumah Shaf. Setelah masuk rumah, 9 orang dengan IQ di atas balita ini langsung menuju kamar Shaf yang memang cukup besar. Selain itu kamar Shaf ini juga memiliki balkon di depannya karena memang berada di lantai dua rumahnya. Jadi mereka selalu bisa duduk-duduk memandangi pemandangan dari balkon kamar Shaf. Nggak lama ibu Shaf masuk dengan membawa minum dan makanan yang cukup untuk bertahan selama 2 hari. Bahkan untuk persediaan pengungsian pasca banjir pun ini masih lebih.
            “Jadi ada ide nggak nih kita mau bikin komunitas apa?” Yoko mulai ngebuka topik.
            “Kita sebutin satu-satu apa mau kita dan kita poling gimana?” Onta mencoba memberikan saran.
            Yang lain pun setuju.
            “Mulai dari Shaf dulu deh...” Yoko nunjuk.
            “Emm.. kalo gue sih pengennya bikin komunitas pecinta anime gitu..”
            “Cakep tuh!” Uchiha tiba-tiba semangat.
            “Yee biasa aja kali mas...” Keplak Ajp.
            “Setuju-setuju... kebetulan gue juga suka anime tuh!” Qonit nambahin. “Eh tapi anime itu yang artinya binatang kan yah?” Qonit ngelanjutin.
            “ITU NAMANYA ANIMAAAAAL!!!” semua kompak teriak ke arah Qonit.
            “Heheee.. Oh iya maap.. maap..”
            “Yak! Gue juga setuju!” sambil terus ngemil Restu ikutan nambahin.
            “Oke. Kalo semua udah setuju, anime apa yang mau kita jadiin komunitasnya?
            “Gue sih dari dulu suka banget sama Hunter x Hunter dan Tsubasa...” Ajp mulai buka omongan.
            “Ah udah nggak jaman lagi kalo sekarang sih...” Uchiha nimpalin.
            “Iya apalagi di TV juga udah nggak di siarin lagi...” Shaf nambahin.
Akhirnya dengan penuh pertimbangan dan penuh pemikiran. Setelah hampir 2 jam 15 menit 23 detik rapat berlangsung mereka pun memutuskan. Komunitas yang akan dibuatnya adalah komunitas Naruto Indonesia. Tapi karena beberapa alasan seperti nama yang kepanjangan akhirnya nama itu diubah menjadi NarutoINA.
            “Terus kalo udah terbentuk kayak gini, apalagi yang harus kita lakuin?” Restu nanya.
            “Emang biasanya ngapain Tu?” Uchiha balik nanya ke Restu.
            “Emm.....” Restu nyoba mikir. Padahal yang lain dah pada tahu kalo otak Restu isinya cuma ada kacang sama keripik singkong.
            “Kita sebarin identitas kita ke orang-orang...” Wiki nyoba berpendapat.
            “Nah bener tuh! Sekarang kan udah banyak media sosial. Kita pake aja itu...” Yoko nambahin.
            “Bener tuh. Kita buat akun twitter aja dulu gimana?” Shaf ikutan.
            “Boleh-boleh. Terus yang megang akunnya siapa?” Qonit nanya.
            “Lo aja Je. Lo kan suka main game online tuh...” Uchiha nunjuk ke Ajp.
            “Yah lo tau kan sob kalo gue nggak begitu suka berasosial kayak gitu...”
            “Iya, ya. udah 2 tahun sekolah yang lo kenal cuma kita-kita aja ya je?” Uchiha baru inget.
            “He’eh...” Ajp ngangguk sambil terus mainin rubik yang udah dia pegang dari tadi.
Sekali lagi dengan penuh pertimbangan dan penuh pemikiran yang panjang mereka kembali memutuskan kalo yang akan jadi pemegang akun twitternya adalah Shaf. Selain karena dia lebih pintar dalam bersosialita, dia juga adalah seorang wanita. Ingat hukum media sosial, akun dengan pemegang seorang wanita yang berparas cantik akan lebih di respon dibandingkan yang tidak. Walaupun pada kenyataannya Shaf tidak termasuk kategori wanita yang cantik, tapi setidaknya lebih baik dibandingkan Qonit dengan gaya imutnya.
            “Akun twitter udah, terus apalagi nih yang kurang?” Onta mencoba berfikir.
            “Blog!” Restu teriak sambil memuncratkan sedikit sisa-sisa makanan yang ada di mulutnya.
            “Iiih.. Restu jorok banget sih!!” Shaf ngelap-ngelapin beberapa bagian badannya yang kena muncratan restu tadi.
            “Hehehe.. Sorri Shaf sorri.. nggak sengaja gue...”
            “Nah cemerlang juga otak lo kadang-kadang Tu...” Saut Yoko.
            “Terus siapa nih bagian yang bikin blognya?” tanya Onta.
            Semuanya saling melirik satu sama lainnya.
            “Jangan gue, tulisan gue jelek nggak bisa kebaca...” Ozy nyeletuk.
            “Iya gue juga. Gue biasa make huruf sambung kalo nulis...” Qonit nambahin.
            Akhirnya mereka tahu juga siapa yang bener-bener punya IQ yang setara sama balita di dalam ruangan ini.
            “Udah gini aja, kalo buat bikin blog biar gue aja. Nah yang nulis bebas deh. Yang penting kita-kita aja...” Yoko ngasih pendapat.
            “Setuju-setuju...” Shaf nyautin.

Akhirnya setelah bermusyawarah lagi mereka memutuskan kalo hal terakhir yang harus disiapkan adalah stiker. Kenapa stiker? Karena dengan stiker mereka bisa menempelkan sesuka hati akun twitter, blog dan nama komunitas mereka dimanapun, sehingga bisa banyak orang yang akan tahu.
            “Eh tapi apa kita nggak kayak anak kecil nih?” Ozy tiba-tiba nyeletuk.
            “Maksud lo Zi?” Yoko bingung.
            “Iya, sekarang kita udah gede gitu. Make seragam putih abu-abu. Sebagian dari kita malah udah ada yang kelas 3 SMA. Apa kita masih pantes bikin komunitas beginian?” Ozy berusaha ngejelasin panjang lebar.
            “Iya juga sih, lagian kan kita maunya juga komunitas yang bisa ‘lebih berguna’. Apa ini termasuk komunitas yang ‘lebih berguna’?” Restu nambahin.
            Suasana mendadak hening. Suasana mendadak sunyi. Mereka mulai merenung. Nggak ada suara sedikitpun yang terdengar kecuali, “Minyiaak.. Minyiaaak..” suara abang-abang tukang minyak yang nawarin minyaknya. Sebenernya siapa sih nih tukang minyak? Tiap adegan hening dia terus yang muncul! Oke, kita kembali ke 9 anak yang lagi merenung diam. “Ngeeek...” tiba-tiba terdengar seperti suara denyitan pintu yang terbuka. Mereka melihat ke arah pintu kamar Shaf yang terbuka. “Laaaaa...” muncul suara opera mengiringi pintu yang terbuka seiring cahaya putih yang tiba-tiba muncul dari balik pintu. Seorang perempuan muncul dengan pakaian serba putih. Seorang perempuan yang mirip dengan bidadari muncul di balik silaunya cahaya yang terlihat oleh mereka. Lalu tiba-tiba dia berkata dengan suara layaknya malaikat. “Anak-anak ku tersayang. Lakukanlah apa yang menurut kalian baik. Percayalah dengan kata hati kalian. Karena, sesuatu yang dilakukan dengan sepenuh hati akan berakhir dengan keberhasilan.” Lalu wanita misterius itu pun menghilang dibalik silaunya cahaya putih yang terlihat, dan pintu kembali tertutup. Semua yang menyaksikan kejadian itu kembali terdiam. Semua dalam tatapan kosong dengan mulut yang sedikit terbuka.
“Nyokap lo kenapa Shaf...?” Restu bertanya masih dengan memasang muka bingungnya.
“Nggak tau Tu. Kadang emang suka gitu...” Shaf menjawab juga masih dengan muka bingungnya.
“Tapi daster putihnya bagus juga Shaf...” Ajp yang masih kaku menatap ke arah pintu juga ikutan.
“Bener tuh apa yang dibilang malaikat tadi! Eh. Nyokapnya Shaf maksud gue.” Wiki berteriak memecah keheningan saat itu.
Semua kembali fokus ke Wiki.
“Emang apa sih indikator dari tingkat kedewasaan seseorang itu?” Wiki ngelanjutin. Dan Wiki mulai panjang lebar ngejelasin. “Indikator kedewasaan seseorang itu bukan di lihat dari apa yang dia tonton atau apa yang dia mainin. Tapi dari apa yang bisa dia bangun dan dia manage untuk kesejahteraan bersama.”
Semuanya masih fokus ke Wiki.
Lalu Wiki berdiri. “Kita akan ngebangun dan memanage komunitas kita ini untuk bisa mengumpulkan orang-orang lainnya yang juga menyukai anime tapi nggak tau dimana tempatnya mereka harus berbagi kesenangan itu. Dan di sinilah kita berada. Sebuah wadah untuk menyalurkan kesenangan tentang anime. Sebuah wadah untuk saling berbagi kesenangan tentang anime. Dan wadah yang tepat untuk berkumpulnya para pecinta anime dari yang kecil hinga yang udah tua sekalian! Kalian bisa bayangin kan betapa bergunanya komunitas kita ini nanti?”.
Semua benar-benar terpaku dengan apa yang baru aja disampaikan oleh Wiki. Sesuatu yang baru aja membangkitkan pikiran positif dan semangat mereka.
“Gue juga setuju. Lagian apa yang membuat mereka berpikir kalo kita ini masih anak-anak? Mereka yang merasa dewasa juga belum tentu bisa bersikap dewasa.” Restu mulai berdiri.
“Lagi pula apa dengan melakukan sex bebas, ngeganja, dan minum-minuman beralkohol bisa dibilang dewasa? Padahal itu tanda kalo mereka yang merasa dewasa belum benar-benar dewasa.” Uchiha ikutan berdiri.
“Karena mereka belum bisa memisahkan mana hal yang baik dan mana hal yang nggak baik untuk dirinya.” Shaf mulai bangkit dari duduknya.
“Dan kita pecinta anime yang kadang suka di cap sebagai ‘anak-anak’ akan ngebuktiin kalo hal yang kita lakukan ini lebih bermanfaat dan lebih menuju ke hal yang positif.” Ozy mulai berdiri.
“Kita harus bisa ngebuktiin kalo kita juga masih tetap bisa berpikir dewasa dan masih memiliki imajinasi serta mimpi-mimpi yang tingi.” Ajp ikutan berdiri.
“Dewasa dengan tampilan yang cool, keren, dan imut...” Qonit ikutan berdiri.
“Dengan membangun sebuah komunitas yang akan besar nantinya...” Yoko mulai berdiri.
“Dan komunitas yang lebih bermanfaat...” Onta berdiri dan mulai menyodorkan tangannya.
Mereka berdiri, membentuk lingkaran. Satu persatu saling menyodorkan dan menumpukan tangannya satu sama lainnya. Dengan penuh keyakinan dan rasa percaya diri, mereka saling menatap lalu berteriak “Naruto INAAAA!!!”. Keceriaan langsung terpancar dari wajah mereka. Kegembiraan langsung tumpah ruah di ruangan itu. Mereka meloncat-loncat saling memeluk dan berpegangan tangan. Aroma kebahagiaan itu benar-benar terpancar dari wajah Uchiha yang saat itu bisa menggenggam tangan Shaf cukup lama dan melihatnya tertawa dan tersenyum dari dekat. Sangat dekat.
Dari sinilah semua itu berasal. Dari ruangan inilah mimpi-mimpi itu dibangun. Dan dari kamar inilah mereka saling membuat janji. Hari itu tanggal 27 Agustus adalah menjadi hari jadi dan terbentuknya komunitas pecinta Naruto yang mereka bangun dan mereka beri nama NarutoINA.
Yap! Itulah cerita 9 anak dengan IQ yang hampir setara dengan balita. 9 anak yang memiliki kecacatan mental masing-masing. 9 anak keterbelakangan mental yang berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya. Dan 9 anak yang tetap akan selalu bersama mewujudkan impiannya.

NB: Buat yang ngebaca. Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama itu memang disengaja tapi kalo ada kesamaan kejadian itu baru nggak disengaja. Sekian J

Cerpen ini juga ada di blog: narutoina.blogspot.com

Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

One Response to [Cerpen] Mewujudkan Impian (@NarutoINA)

  1. wah. keren banget cerpennya.
    hebat ya anak anak itu. walau agak "kurang", tapi tetap bisa mewujudkan mimpi.
    gua juga suka naruto loh. hehe

    main ke blog ku juga ya

    BalasHapus

Thanks karena udah mau mampir untuk membaca tulisan-tulisan gue di sini. Thanks juga buat yang udah mau berkomentar di comment box ini. Grazie!

Search

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.