Suatu hari ketika ada sebuah perasaan yang biasa
disebut “Cinta” hadir dan bertemu dengan sebuah perasaan lain yang disebut
dengan “Persahabatan”. Lalu Cinta bertanya kepada Persahabatan “Mengapa kamu
(Persahabatan) selalu muncul dengan tiba-tiba di saat aku (Cinta) sudah hadir
lebih dulu?”. Dengan santainya Persahabatan menjawab “Aku tak pernah hadir
dengan tiba-tiba ketika kamu sudah ada tapi aku hadir disaat kamu (Cinta) telah
pergi meninggalkan luka.”. “Apa maksud mu?” tanya Cinta kepada Persahabatan. Lalu
Persahabatan merangkul Cinta dan dia mulai berbisik “Sadarkah kamu setiap kali
kamu hadir maka suatu saat nanti yang akan kamu tinggalkan hanyalah luka tapi
setiap kali aku hadir, aku tak pernah meninggalkan luka tapi aku bisa
menciptakan kebahagiaan.”
Seketika itu pula Cinta terdiam dan merenung seolah
dia berpikir apakah semua yang di bisikan oleh Persahabatan itu benar? Apakah
ketika sebuah Cinta telah datang maka hanyalah luka yang tersisa ketika Cinta
memutuskan untuk pergi?. Persahabatan hanya bisa tersenyum saat melihat Cinta
terdiam dan merenung lalu dia mulai membalikan badannya dan bersiap untuk
pergi, tapi saat dia baru akan melangkah tiba-tiba Cinta berteriak “Tunggu!!”
sontak Persahabatan menghentikan langkahnya dan mulai menengok ke arah Cinta,
dan saat itu pula Cinta berkata “Bagaimana dengan mu?”
“……”
“Awalnya hanya ada aku
ketika aku masih tersimpan dan menunggu lama untuk di ungkapkan”
“…….” Persahabatan
masih terdiam
“Tapi setelah sekian
lama aku tersimpan dan akhirnya aku di ungkapkan, kamu tiba-tiba hadir dan
merusak semuanya! Aku (Cinta)!! Sebuah rasa yang awalnya ingin memiliki
tiba-tiba berubah hanya menjadi sebuah rasa hampa yang tak bisa memiliki! Ya
itu karena kamu! Persahabatan!”
Cinta mulai mendekat dan mulai merangkul Persahabatan,
tapi kali ini dia tak berbisik melainkan sambil menatap Persahabatan, Cinta
berkata “Apakah kamu selalu menjadi tembok penghalang bagi ku (Cinta) untuk
memiliki?” tanpa perlu waktu lama Persahabatan bertanya balik kepada Cinta
seraya berkata “Bukankah itu salahmu sendiri yang terlalu lama tersimpan hingga
aku bisa muncul dan hadir di tengah keadaan seperti itu?” dengan nada yang
lebih tinggi Cinta membalas “Baiklah itu memang salahku! Tapi bagaimana dengan
kamu (Persahabatan) yang tiba-tiba berubah menjadi diriku (Cinta)?? Sungguh itu
benar-benar menyiksaku!! Saat itulah kau benar-benar menjadi tembok penghalang
bagiku dan membuatku terjebak pada sebuah lingkaran dirimu (Persahabatan)!
Lebih tepatnya saat itu aku (Cinta) ada di dalam dirimu (Persahabatan)!!”.
Tiba-tiba Persahabatan menunduk dan mulai terdiam cukup lama setelah mendengar
kata-kata itu dari Cinta.
Dengan raut wajah yang memelas Persahabatan pun berkata
“Ma’af kan aku, itu memang salahku tapi tidak kah kau sadar jika kita berdua
ini memang terlalu munafik?!” Cinta yang mendengarnya pun terkejut. “Seperti
aku (Persahabatan) yang sudah lama ada dan berangsur akan berubah menjadi mu
(Cinta) seiring berjalannya waktu, tapi karena aku terlalu takut kehilanganmu
dan terlalu takut dengan resiko-resiko yang lain, akhirnya aku tak jadi apapun,
tak jadi diri mu ataupun tak menjadi diri ku sendiri tapi hanyalah menjadi
sebuah penyesalan yang sudah tak berguna lagi.” Lanjut persahabatan. “Ya kau
benar” balas Cinta, “Ku rasa aku juga terlalu munafik! Ketika aku sudah muncul
dan hadir di saat tertentu, aku tak langsung diungkapkan karena aku masih
menggunakan otak untuk berpikir, hingga aku terlalu lama tersimpan dan akhirnya
aku terkubur. Terkubur jauh di dalam, bukan di dalam diri mu ataupun diri ku
tapi di dalam penyesalan yang mendalam.”
“Ku rasa kita memang tak harus saling menyalahkan dan
bertanya lagi.” Saut Persahabatan. “Ya, ku rasa kau dan aku memang tak harus
saling berubah dan ku rasa kita memang masih harus mencari jawaban dari masalah
kita ini bersama-sama.” Ucap Cinta. Dengan penuh rasa bersalah antara satu sama
lain akhirnya Cinta dan Persahabatan pun pergi bersama untuk mencari jawaban
dari masalah yang mereka alami.